Sabtu pagi ini kebangun bukan
karena matahari sudah mulai terik, tapi karena kucing mengeong-ngeong minta
dibukain pintu, paaas banget saya lagi mimpi bukain pintu buat mantan. Lha
jangan-jangan si kucing adalah jelmaan sang mantan? Halaaah.
Soal mantan. Topik yang umumnya sensitif
untuk dibicarakan dengan pasangan. Biasanya baru dibahas kalau salah satu pihak
sudah tidak mampu menahan keingintahuan. Bukannya lega, salah-salah malah bisa
memancing keributan.
Saya dan suami termasuk yang
sangat terbuka soal mantan. Kami bisa saling cerita soal mantan masing-masing
dengan santai, bahkan kadang dijadikan sumber becandaan. Sering juga jadi bahan
ledek-ledekan.
>> Saat di mall, mau pencet
lift
“Parkir di lantai berapa?”
“P”
“Cieeehh parkir di P”
(inisial mantan)
>> Saat di bar, mau pesen
minum
“Mau minum apa?”
“Baileys dong”
“Cieeehh B****”
(nama mantan)
*Kemudian ledek-ledekan sampe jenggotan 😹
Saya tau suami punya berapa mantan.
Berapa lama mereka pacaran, rumahnya, keluarganya. Bahkan saya “temenan” dengan
salah satu mantannya, beberapa kali ketemuan saling update soal anak. Malah ada masanya adik2 dari mantannya si suami menjadikan saya tempat curhatnya >.<”
Suami pun tau saya punya berapa mantan.
Dia juga tau cuma 1 mantan yang saya sayang beneran, yang lain cuma figuran.
Heheheh. Meski dia nggak sampe temenan apalagi sahabatan sama saya punya mantan,
tapi dia tau update jatuh bangunnya si mantan.
Kenapa saya memilih untuk bersikap santai aja soal mantan2an ini?
Kenapa saya memilih untuk bersikap santai aja soal mantan2an ini?
Sebab saya sadar ketika berkomitmen dengan
seseorang, harus siap menerimanya dengan segala kelebihan dan kekurangan.
Termasuk –bahkan terutama- persoalan masa lalu dengan si mantan. Siapa sih yang
bisa mengubah fakta masa lalu? Nggak ada yang mampu.
Meminta pasangan menghapus
ingatan tentang mantan? Oh dear, we can never really forget anything; we just
don’t recall it. Coz memory is stored permanently in our brain. Kecuali
tiba-tiba kecelakaan terus amnesia yaaa, itu lain lagi ceritanya =))
Yang terpenting adalah menjaga komitmen
untuk menjalani masa kini, saat ini, bersama-sama. Kalau sampai merusak potensi
masa depan hanya karena fakta masa lalu yang nggak bisa dihilangkan, banyakan
untungnya atau ruginya? Ayo coba direnungkan ;)
Kesantaian saya dan suami soal mantan ini comes
a long way ya, nggak instan begitu aja. Dulu waktu masih pacaran sih masih suka
kepancing bete-betean soal mantan. Radio muter lagu kenangan pasangan dengan
mantan aja bisa jadi sumber cemburuan. Atuhlah ribet pisan >.<”
Nah tentang kecemburuan, saya
tulis di postingan terpisah aja yaa. Bakal seru deh =)
Cheers,
Jakarta, 12 Januari 2019
0 Comments