Skip to main content

Belajar Investasi bersama Citi

Suka main monopoli? Saya suka banget. Dulu sih, waktu kecil. Sekarang hampir nggak ada waktu lagi. Tapi Senin pagi kemarin, bareng perempuan2 blogger nan hits, saya diajak main simulasi yang interaktif dan atraktif, mirip monopoli, dalam Kelas Jurnalis Citi di Ritz Carlton SCBD. Tujuan permainan itu adalah untuk memahami kombinasi produk investasi dalam beberapa kondisi pasar yang berbeda. Ternyata seru banget lho!

Gimana cara mainnya?

Jadi, tiap pemain diberi modal pegangan sejumlah $5000 dan kartu tanda pekerjaan sebagai executive dengan gaji $2500. Lalu semua dapat giliran jalan sesuai angka dadu. Pada kotak yang ditempati, ada macam2 kesempatan: mau beli properti? mau beli saham? mau nabung? mau beli asuransi? mau ganti pekerjaan? mau kasih sumbangan? Kalau beruntung, pemain bisa jadi pemenang kuis di TV, jadi karyawan terbaik, menang undian berhadiah, dapat bonus akhir tahun. Kalau lagi apes, pemain harus bayar kerugian investasi, kerusakan properti, atau yang paling standar dan wajib bayar adalah bayar pajak pendapatan dan PBB.

Menariknya lagi, ada yang namanya pergantian iklim investasi. Ada masa resesi & slump alias kriris, ada masa pemulihan, ada pula masa boom. Semuanya itu sangat mempengaruhi harga saham, harga properti, bonus, dan lain lain. Contohnya di awal permainan, saat yang lain berbondong-bondong beli saham pertambangan dan migas yang beresiko tinggi, saya memilih beli saham hotel dan korporasi yang beresiko sedang. Ternyata keputusan saya tepat, karena tidak lama setelah itu terjadi masa resesi yang mengakibatkan saham tambang & migas anjlok, sedangkan saham hotel & korporasi justru naik.

Semuanya itu persis dengan dunia nyata yang kita hadapi. Hampir semuanya sudah pernah saya alami sendiri. Ketika orang lain berbondong2 menjual reksadana saham yang anjlok 10 tahun lalu, saya justru membelinya dengan harga murah. Terbukti, beberapa lama kemudian nilainya naik lagi dan saya dapat untung banyak. Pernah juga saya menabung berjangka dengan bunga tinggi, tidak lama kemudian bunganya turun drastis karena resesi, tapi bunga saya tetap aman sesuai periode yang telah ditentukan. Saat apes adalah ketika kita kurang bisa memprediksi pasar. Contohnya saat saya buru2 menjual ribuan dollar ketika USD baru naik di angka 11ribu, ternyata nggak lama kemudian nilainya tembus 15ribu. Duh, nyesek juga ya.

Sebenarnya kesalahan dalam berinvestasi bisa dihindari kalau kita mau belajar dan memahami pentingnya diversifikasi investasi. Di sinilah pentingnya peran wealth management seperti yang diluncurkan oleh Citi Indonesia yaitu Gold Conversations, yang menitikberatkan pada wealth advisory dengan metode diversifikasi investasi. Layanan khusus untuk nasabah Citigold ini berupa metode perancangan portfolio investasi berdasarkan tujuan keuangan dan profil resiko nasabah. “Dengan layanan ini nasabah dapat memperoleh saran diversifikasi aset investasi yang terstandardisasi dan terukur sehingga dapat lebih mengoptimalkan hasil investasi mereka”, demikian dijelaskan oleh Lauren Sulistiawati, Country Business Manager, Global Consumer Banking Citi Indonesia.

Kelas jurnalis Citi bertajuk “Pahami Asetmu, Optimalkan Investasimu” ini akan diadakan serentak bagi para nasabah Citigold di beberapa kota yaitu Jakarta, Bandung dan Surabaya. Puncak acara ini adalahCiti Market Outlook 2016, dimana  nasabah akan mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi perekonomian sehingga para nasabah dapat memilih produk investasi yang lebih tepat. Seneng banget kemarin saya diundang dan kebetulan bisa hadir, jadi bisa belajar lebih banyak lagi mengenai iklim investasi, dan semakin bersemangat untuk mengoptimalkan investasi melalui diversivikasi aset.

Comments

Popular posts from this blog

Sunday at IdeaFest: Purbaya, Agak Laen!

A full day at IdeaFest 2025 with Agak Laen, Purbaya, Ben Soebiakto and Bilal Faranov. Laughter, insight, and creativity everywhere.

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...
[gallery] Kakek tua ini mondar mandir menjajakan tisu kepada semua orang yang sedang menunggu di Halte Stasiun UI. Tongkat besi membantu langkah kakinya yang hitam keriput. Saya tidak butuh tisu, tapi saya punya selembar duaribuan. Ya bolehlah, siapa tau nanti butuh. Saya berikan lembaran itu, dia serahkan satu bungkus tisu. Kemudian dia duduk persis di samping saya. Menaikkan kaki, merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian… Memantik api dan menyalakan sebatang dji sam soe. Aduh kakek, jadi capek2 jualan uangnya buat dibakar ngerusak tubuh doang? Rabu, 24 Februari 2015 Universitas Indoesia Nuniek Tirta

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy. 

What Happens When You Dare to Ask?

From a random DM to a mentoring journey and unexpected blessings, this story shows the real meaning behind “Ask, and it will be given to you.”

What If the Best Things in Life Aren’t Things at All?

From unboxing a new iPhone 17 pro to savoring wagyu and deep talks with friends, I realized real happiness comes from experiences, not things.

Day Out & Deep Convo

A day of meaningful connections, from lunch with a friend to deep talks on love, instinct, and wisdom that reveal what true happiness really means.

Why Love Never Fails?

A reflection on excellence, love, and transformation. How the year’s trials became lessons in divine refinement.

When a School Feels Like a Nation

A school cultural festival that celebrates diversity, tradition, and the joy of learning together.