Skip to main content

JANTUNG SEBUAH SMARTPHONE

Saya hobi banget memotret dan dipotret, terutama candid =) Dulu,saya sering bawa kamera digital kemana-mana. Tapi sejak pakai smartphone yangmumpuni, saya jadi jarang bawa kamera digital lagi. Pakai smartphone lebihpraktis dan bisa langsung share ke social media pula =D

Tentu saja saya tidak sendiri, karena 58% pengguna smartphone
mengambil foto secara khusus dari smartphone mereka. Wajar saja jika dari tahun
2012 hingga 2013, pengiriman global kamera digital menurun hingga 36%.
Bayangkan, jumlah foto yang diambil pada ponsel setiap hari secara global
mencapai 1,4 miliar!

Di bawah ini datanya:

image


Jadi bagaimana nggak beralih ke smartphone, kalau hanya dengan
sentuhan jari kita bisa mendapatkan kualitas foto yang tidak kalah dengan
kamera digital. Apalagi jika ponsel yang dipakai menggunakan chipset
se-powerful Snapdragon .

Keunggulan prosesor Snapdragon antara lain:

  • Bisa digunakan untuk koneksi cepat 4G/LTE.
  • Dapat mendukung kamera ponsel yang paling kuat dengan teknologi khusus
    untuk memungkinkan lebih banyak megapixel, autofocus lebih cepat, dan terbaik
    dalam fotografi cahaya rendah.
  • Dapat menampung 4K Video.
  • Memberikan suara berkualitas bioskop untuk video dan musik.

Seperti Snapdragon 801 yang ada dalam ponsel Oppo N3 yang
memiliki koneksi tercepat, kinerja terbaik, daya tahan baterai terbaik, dan
terbaru dalam multimedia dan kamera fitur. Karena ibarat anggota tubuh, prosesor
itu merupakan jantung dari ponsel yang kita pakai. Jadi nggak hanya perhatiin
merk ponselnya aja, tapi chipset apa yang digunakan ponsel tersebut.

Saya suka dengan tagline Qualcomm Snapdragon ini:

“Bagian yang harus diperhatikan adalah bagian yang tidak
dapat Anda lihat.”

Iya, bener banget ya. Kalau body atau casing handphone rusak
kan gampang ketauan karena kelihatan. Tapi kalau prosesornya yang rusak kan
kita nggak tau karena nggak kelihatan. Padahal sekali lagi, prosesor itu adalah
jantungnya. Sama seperti manusia. Kalau jerawatan atau ketombean aja, kita udah
repot cari obatnya. Tapi kalau organ bagian dalam yang bermasalah, kita sering
nggak sadar sampai suatu saat sakit parah.

Jadi mulai sekarang, coba deh cari tau: apa dan bagaimana sih
jantung smartphone mu?

Comments

Popular posts from this blog

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

Sunday at IdeaFest: Purbaya, Agak Laen!

A full day at IdeaFest 2025 with Agak Laen, Purbaya, Ben Soebiakto and Bilal Faranov. Laughter, insight, and creativity everywhere.

Perawatan wajah dan cerita masa muda

Andaikata blog dan social media saya punya semacam FAQ (Frequently Asked Question, alias pertanyaan yang paling sering ditanyakan), sudah pasti di urutan pertama akan bertengger pertanyaan: "Pakai produk perawatan wajah apa?"  Banyaaaakkk banget follower instagram / facebook / twitter saya yang nanya gitu, dan minta saya mengulasnya. Saya bilang sabar, tunggu tanggal mainnya. Tapi sebelum saya jawab pertanyaan itu, saya mau mengenang masa muda dulu ah..  Jadi begini cucuku... Waktu pertama kali ngeblog 15 tahun lalu , usia saya masih 21 (yak silakan dihitung usia saya sekarang berapa, pinterrrr). Jadi jangan heran kalo gaya bahasanya masih 4I_aY 4b3zzz.. (eh ga separah itu juga sih, hehe). Tapi ekspresi nulisku di masa-masa itu masih pure banget, nyaris tanpa filter. Jadi kalo dibaca lagi sampai sekarang pun masih berasa seru sendiri. Kayak lagi nonton film dokumenter pribadi. Kadang bikin ketawa ketiwi sendiri, kadang bikin mikir, kadang bi...
[gallery] Kakek tua ini mondar mandir menjajakan tisu kepada semua orang yang sedang menunggu di Halte Stasiun UI. Tongkat besi membantu langkah kakinya yang hitam keriput. Saya tidak butuh tisu, tapi saya punya selembar duaribuan. Ya bolehlah, siapa tau nanti butuh. Saya berikan lembaran itu, dia serahkan satu bungkus tisu. Kemudian dia duduk persis di samping saya. Menaikkan kaki, merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian… Memantik api dan menyalakan sebatang dji sam soe. Aduh kakek, jadi capek2 jualan uangnya buat dibakar ngerusak tubuh doang? Rabu, 24 Februari 2015 Universitas Indoesia Nuniek Tirta

Why Love Never Fails?

A reflection on excellence, love, and transformation. How the year’s trials became lessons in divine refinement.

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

Berapa Biaya Liburan ke Resort di Maldives Sekeluarga?

Disclaimer: Sebelum berprasangka, tulisan ini dipublish bukan untuk tujuan riya, melainkan untuk berbagi informasi buat yang membutuhkan saja. Paham yaaa. 👻👻 Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada Apr 21, 2017 pada 8:40 PDT Judul di atas adalah pertanyaan yang cukup sering saya dapatkan dari teman-teman sejak saya pulang dari liburan sekeluarga di Maldives minggu lalu. Kalo banyak yang nanyain berarti banyak yang pingin tau  informasinya,  jadi saya tulis di sini aja ya.  Semoga bisa jadi gambaran buat teman-teman untuk mempersiapkan budget liburan keluarga ke resort di Maldives. Silakan dishare ke pasangan buat kode-kode, ehehehe.  Tahun ini bukan pertama kalinya saya ke Maldives. Sebab dua tahun lalu saya dan suami sudah pernah liburan ke Maldives berdua saja untuk ritual hornymoon di ulang tahun pernikahan kami. Oleh-oleh dalam bentuk tulisan saya untuk LiveOlive bisa dikonsumsi gratis di sini:  Tips Libura...

Can Growth Ever Be Truly Mutual?

Reflections from Simbiosis Bisnis 2025; on true collaboration, comfort zones, and finding mutual growth in business and life.

When a School Feels Like a Nation

A school cultural festival that celebrates diversity, tradition, and the joy of learning together.

What If the Minister Didn’t Show Up, But the Wisdom Still Did?

When the minister didn’t show up, wisdom did. A day of unexpected lessons and inspiration. "Disappointment has a funny way of turning into wisdom, if you stay long enough to listen."   —   Nuniek Tirta Sari So, I woke up early today. Like,   really   early. My mission: to attend the OCBC Business Forum 2025 in St. Regis Kuningan and listen to the new Minister of Finance, Mr. Purbaya's speech.  After wrestling through Jakarta’s legendary morning traffic for 2 hours, I finally arrived at the venue. The first dialogue session was already running, and I panicked, thinking I’d missed the minister’s talk. But when I looked at the latest rundown, surprise! His name was nowhere to be found. Apparently, he’d never confirmed attendance in the final version. Ah, the classic “expectation vs. reality” moment. OCBC Business Forum 2025 I just laughed. Not even disappointed anymore, just… amused. Because really, what else can you do when the main reason you came didn’t show up...