Skip to main content
[gallery]

Kenalkan, ini kawan kami Pak Rusen Magayang yang berasal dari suku Kimyal, Papua, yang tinggal di lereng pegunungan Jayawijaya. Perjuangannya untuk mengikuti Kuliah Konseling bersama kami di Jakarta sangat luar biasa.



Bayangkan, ia harus berjalan kaki selama 2 HARI dari tempat tinggalnya di pelosok untuk mencapai kabupaten yang berjarak 60-80km, melewati hutan, lembah, sungai dan pegunungan, menembus hujan dan teriknya matahari. Semua ditempuh tanpa menggunakan alas kaki. Ditemani oleh sang istri.



Setelah mencapai kabupaten, mereka menginap di sana sebelum meneruskan perjalanan panjang menuju Jakarta dengan menumpang pesawat sebanyak 4 kali! Ya, 4 kali: 2 pesawat di Papua, 1 pesawat transit ke Makassar, 1 lagi pesawat tujuan Jakarta.



Berapa biayanya? Mencapai 10 juta. Berapa lamanya? Mencapai 3 minggu. Tak heran ia terpaksa terlambat 1 semester karena beberapa mata kuliah tidak dapat dihadiri dikarenakan kendala2 itu tadi. (Tapi saya senang karena itu berarti ia akan sering ikut di kelas kami)



“Kalau di Jakarta saya pernah jalan dari Fatmawati sampai Salemba sini, pernah juga dari Slipi. Tidak begitu terasa, sebab di sini jalanannya rata saja.”, ceritanya dengan ceria sambil tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang putih cemerlang.



Mendengarnya, saya seperti tertampar bolak balik. Rasanya malu sekali saya sebagai kaum urban begitu mudahnya mengeluh. Saat harus duduk diam di dalam mobil ber-AC ketika terjebak kemacetan. Saat harus menaiki anak tangga untuk mencapai ruang kelas di lantai 4. Saat harus panas2an menyeberangi jalan. Saat harus terkena gerimis ketika lupa bawa payung. Saat… Ah, sudahlah.



Terima kasih Pak Rusen. Semoga Tuhan selalu memberkati Bapak, istri & keluarga, pelayanan bapak, dan Lembaga Peduli Konseling Papua yang baru saja bapak dirikan. Salam konseling!



PS: Untuk mengetahui lebih banyak tentang Suku Kimyal, silakan baca di sini :



http://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Kimyal



Dan tonton juga video yg mengharukan ketika suku Kimyal menerima alkitab terjemahan berbahasa Kimyal oleh misionaris dari Amerika:



http://youtu.be/w9dpmp_-TY0

Comments

Popular posts from this blog

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

Sunday at IdeaFest: Purbaya, Agak Laen!

A full day at IdeaFest 2025 with Agak Laen, Purbaya, Ben Soebiakto and Bilal Faranov. Laughter, insight, and creativity everywhere.

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy. 

Perawatan wajah dan cerita masa muda

Andaikata blog dan social media saya punya semacam FAQ (Frequently Asked Question, alias pertanyaan yang paling sering ditanyakan), sudah pasti di urutan pertama akan bertengger pertanyaan: "Pakai produk perawatan wajah apa?"  Banyaaaakkk banget follower instagram / facebook / twitter saya yang nanya gitu, dan minta saya mengulasnya. Saya bilang sabar, tunggu tanggal mainnya. Tapi sebelum saya jawab pertanyaan itu, saya mau mengenang masa muda dulu ah..  Jadi begini cucuku... Waktu pertama kali ngeblog 15 tahun lalu , usia saya masih 21 (yak silakan dihitung usia saya sekarang berapa, pinterrrr). Jadi jangan heran kalo gaya bahasanya masih 4I_aY 4b3zzz.. (eh ga separah itu juga sih, hehe). Tapi ekspresi nulisku di masa-masa itu masih pure banget, nyaris tanpa filter. Jadi kalo dibaca lagi sampai sekarang pun masih berasa seru sendiri. Kayak lagi nonton film dokumenter pribadi. Kadang bikin ketawa ketiwi sendiri, kadang bikin mikir, kadang bi...

A Series of Plot Twists

A day full of unexpected turns becomes a reminder to embrace life’s plot twists with humor, grace, and gratitude; because detours make the best stories.

Staycation, Wedding Edition

A simple staycation turns magical; with seaside noodles, wedding joy, hotel robots, and small surprises that quietly reset the soul.

What's the point of wealth?

At Permata Wealth Wisdom, lessons on economy and neurology collide; revealing that true resilience begins with a connected, healthy mind.
[gallery] Kakek tua ini mondar mandir menjajakan tisu kepada semua orang yang sedang menunggu di Halte Stasiun UI. Tongkat besi membantu langkah kakinya yang hitam keriput. Saya tidak butuh tisu, tapi saya punya selembar duaribuan. Ya bolehlah, siapa tau nanti butuh. Saya berikan lembaran itu, dia serahkan satu bungkus tisu. Kemudian dia duduk persis di samping saya. Menaikkan kaki, merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian… Memantik api dan menyalakan sebatang dji sam soe. Aduh kakek, jadi capek2 jualan uangnya buat dibakar ngerusak tubuh doang? Rabu, 24 Februari 2015 Universitas Indoesia Nuniek Tirta

How Do You Raise a Kid Who Doesn’t Need Raising?

A reflection on parenting teens: learning to step back, trust their wings, and find peace in watching your children grow into who they’re meant to be.