Posts

Showing posts from January, 2019

IRI

Image
“Daddy, aku IRI karena Vica dibeliin casing baru.”  Demikian ujar si kakak dengan lantang kepada daddynya. Sebenarnya, dia iri bukan karena ingin punya casing baru juga. Tapi karena adiknya mendapatkan barang yang diinginkan, sementara barang yang dia inginkan belum juga dibelikan. Terlepas dari kontennya, saya bisa mengapresiasi kemampuan si kakak dalam mengungkapkan perasaannya: merasa iri. Saat seusianya, saya belum mampu mengungkapkan perasaan saya dengan baik. Saya ingat waktu kecil, kakak saya pulang dengan bungkus kosong Chiki Balls di tangan sambil bilang: “Kakak abis ikut papa nonton wayang.”. Saya cuma bisa cemberut, dan papa mama menyimpulkan saya iri karena tidak diajak nonton wayang. Padahal, saya iri karena tidak dapat Chiki Balls. 😂 Ketika kami beribadah sorenya, saya berbisik padanya: “I give you tips and trick. Find the link of the things you want, preferably from local marketplace, and share the link to daddy via Instagram direct message. ...

MANTAN

Image
Sabtu pagi ini kebangun bukan karena matahari sudah mulai terik, tapi karena kucing mengeong-ngeong minta dibukain pintu, paaas banget saya lagi mimpi bukain pintu buat mantan. Lha jangan-jangan si kucing adalah jelmaan sang mantan? Halaaah. Soal mantan. Topik yang umumnya sensitif untuk dibicarakan dengan pasangan. Biasanya baru dibahas kalau salah satu pihak sudah tidak mampu menahan keingintahuan. Bukannya lega, salah-salah malah bisa memancing keributan. Saya dan suami termasuk yang sangat terbuka soal mantan. Kami bisa saling cerita soal mantan masing-masing dengan santai, bahkan kadang dijadikan sumber becandaan. Sering juga jadi bahan ledek-ledekan. >> Saat di mall, mau pencet lift “Parkir di lantai berapa?” “P” “Cieeehh parkir di P” (inisial mantan) >> Saat di bar, mau pesen minum “Mau minum apa?” “Baileys dong” “Cieeehh B****” (nama mantan) *Kemudian ledek-ledekan sampe jenggotan 😹 Saya tau suami punya berapa mantan. Be...

Peraduan

Image
Saya menulis ini sambil tersenyum-senyum sendiri. Semenit lalu saya ketawa cekikikan dikelitikin suami sampai teriak kegelian. Candaan itu terhenti karena si bungsu ketuk pintu, dikiranya ada kegaduhan apa gitu. Taunya emak bapaknya lagi main kelitikan kayak anak-anak Ucul, si kucing Persia beranak tiga. 10 menit sebelumnya suami baru saja hendak memasang earphone di kupingnya untuk menonton Netflix dari komputernya. Saya ngomong, dengan nada suara merajuk manja, “Sini dooong, istrinya ditemenin, disayang-sayang. Udah ditinggal kerja dari jam 8 pagi baru pulang jam 9 malem, kan istrinya kangennnn….” Suami menghampiri saya, duduk dan bersender di sofa. Saya meraih tangannya dan meletakkannya di atas kepala saya. “Naaahhh, gituuu… ubun-ubunnya diuyel-uyel biar ademmm”, ujar saya sambil memeluknya erat dan menguyel-uyel perutnya yang membulat. Hormon oksitosin mengalir deras memenuhi hipotalamus pada otak kami. 5 menit selanjutnya kami gemes-gemesan. Tapi tenang, nggak a...

LAPAR

Image
Saat menulis ini, jam di pergelangan tangan saya menunjukkan pukul 15:15 dan saya sedang merasa sangat lapar. Laparnya sudah sampai ke ubun-ubun yang membuat saya pusing. Sebab terakhir saya makan tadi jam 9 pagi, dan belum makan minum lagi sekalipun. Ada tiga alasan mengapa saya tidak segera makan saat ini. Pertama, karena saya harus segera menyelesaikan 10 tulisan. Saya mencoba menggunakan teknik menulis tanpa berhenti yang diajarkan oleh mentor workshop menulis saya, Pak Andreas Harefa. Baterai laptop saya detik ini tinggal 14%. Itu berarti saya masih punya waktu satu jam untuk menulis sebelum laptop saya mati. Sebab ketika laptop mati dan harus dicharge, itu adalah saat yang tepat untuk makan. Kedua, karena persediaan makanan di kamar saya hanya ada rendang yang tersisa semalam. Antara sudah agak bosan tapi malas pesan dan tetap harus makan. Rasanya malas sekali keluar dari kamar studio apartemen Springwood Residence yang nyaman ini. Terlalu asyik menulis tanp...

ON THE GRIP

Image
Saat menulis ini saya baru saja kembali dari Amerika, dan bersemedi sendiri di unit apartemen saya di Springwood Serpong . Sengaja saya mengasingkan diri di sini, supaya tidak mudah terdistraksi. Sebab saya harus fokus konsentrasi kejar setoran untuk memenuhi syarat membuat 10 tulisan guna mengikuti workshop menulis tahap kedua yang dipimpin oleh Pak Andrias Harefa , lusa. Mengapa tidak mengerjakan di rumah saja? Toh anak-anak sekolah sampai sore, jadi harusnya saya punya me-time yang cukup. Iya sih, tapi saya mudah tergoda. Di rumah ada banyak barang, kecenderungan saya kalau under pressure adalah ingin beberes terus. Jadi biasanya sebelum mulai mengerjakan tugas, saya beres-beres ini itu. Nggak terasa udah beberapa jam lewat, anak-anak keburu pulang, menemani mereka, sampai suami pulang. Tahu-tahu sudah malam. Ujung-ujungnya nggak jadi mengerjakan apa-apa, hahaha. Soal kebiasaan beberes ketika menghadapi tekanan ini, saya sudah sadar sejak lama. Tapi, setelah mengikuti...

Deep Reading

Image
Berapa banyak buku yang kamu baca dalam sebulan? Seberapa cepat kamu membaca satu buku?  Bagi sebagian orang, banyaknya buku yang dibaca dan kecepatan dalam membaca bisa menjadi hal yang penting untuk diukur.  Tapi itu tidak berlaku bagi saya. Deep Reading Semakin berkualitas buku yang dibaca, semakin lama saya membacanya. Diresapi pelan-pelan, kalimat per kalimat, bahkan kata per kata. Mendalami pemikiran penulisnya, mencerna maknanya. Mengkorelasikan dengan pengalaman pribadi, dan merefleksikan dengan pemikiran diri sendiri. "Because I read not for competing; but I read for pleasure and meaning." ~NuTS Konsepnya mirip dengan Lectio Divina yang saya bahas kemarin. Gaya membaca tersebut ada istilahnya:  slow reading  atau  deep reading. S aya lebih suka istilah  deep reading, sebagaimana ditulis oleh Sven Birkerts di bukunya The Gutenberg Elegies (1994): "Reading, because we control it, is adaptable to our needs and rhythms....

Lectio Divina

Image
Sejak diperkenalkan dengan konsep lectio divina pada tahun 2014 oleh dosen mata kuliah Spiritual Formation, saya selalu berusaha mempraktekkan ini setidaknya 15 menit setiap hari. Salah satu target saya untuk tahun 2019 ini adalah  m emperbanyak waktu lectio divina : 30 menit pagi hari, 30 menit malam hari.  Apa itu Lectio Divina dan bagaimana cara mempraktekkannya? Lectio Divina  adalah sebuah kalimat  bahasa Latin  untuk "pembacaan Ilahi" dan mewakili sebuah teknik monastik awal dari  doa  yang berlanjut dalam praktik di dalam kehidupan dan perutusan. Walaupun tidak terlalu tersebar luas dan dimaksudkan untuk mencapai kemanunggalan dengan  Tuhan  selain untuk memberikan pengertian spiritual dan kedamaian dari pengalaman ini. Ini merupakan sebuah cara untuk berdoa dengan  Kitab Suci  yang memanggil orang untuk mempelajari, menyelami, mendengarkan, dan akhirnya berdoa dari Sabda Tuhan. Istilah  Lectio Divina...

FOKUS

Image
"Awareness is the first step to change" Kesadaran adalah langkah pertama menuju perubahan. Kalimat tersebut diucapkan berulang-ulang oleh trainer pada kelas NLP & TLT training yang saya ikuti bulan Desember lalu. Tanpa kesadaran, kita tidak tahu bahwa ada yang perlu diubah; maka dari itu tidak ada yang berubah. Tiba-tiba saja saya tersentak mengingat kalimat tersebut ketika sedang bersemedi di kamar mandi, melakukan ritual natural sambil berselancar di dunia maya. Sadar atau tidak, selama ini saya (dan saya yakin Anda juga) menggenggam erat pencuri waktu terbesar kita ke mana-mana: handphone. Sesayang itu dengan si pencuri waktu, sampai-sampai kita lebih rela ketinggalan dompet dibandingkan ketinggalan si pencuri waktu itu. Kita menjadi begitu bergantung pada si pencuri waktu, terlalu mengandalkannya untuk melakukan begitu banyak hal dalam satu waktu. Padahal baru saja 2 hari lalu saya mencanangkan tema hidup 2019: Focus on What's Important . Lalu bagaima...