Skip to main content

Jangan Lupa Jadi Istri



Saat berada di Malang untuk mengunjungi salah satu perusahaan yang kami invest beberapa waktu lalu, secara spontan saya dan suami diminta untuk sharing tentang #CoupleGoals : An Inspiring Story from Dreamable Couple. Without preparing anything, it turned out to be an intimate sharing sessions that we enjoyed much. 

Pada sesi yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam itu, kami bercerita banyak soal perjalanan kami berdua sebagai pasangan, mulai dari nol hingga sekarang, jatuh bangunnya, tips dan saran, dan menjawab pertanyaan dari para peserta. Jawaban dari beberapa pertanyaan  sudah pernah saya tulis di blog ini, seperti: 





Salah satu jawaban yang belum pernah saya tulis di blog ini adalah point tentang betapa pentingnya peran menjadi istri bagi wanita bersuami. Sebab seringkali, ketika sudah menjadi ibu, wanita kadang lupa perannya sebagai istri. Ayo jujur, siapa yang lebih sering menomorsatukan anak di atas kebutuhan suami? 💁 

Padahal ketika hubungan wanita sebagai istri dengan suami baik, maka hubungannya sebagai ibu dengan anak pun akan baik, dan anak juga pasti senang melihat orangtuanya rukun. Kalau hubungan ke anak baik tapi ke suami tidak baik, anak2 juga bisa ikut merasakan lho. 



Kalau ikutin nasihat orangtua jaman dulu, istri yang baik itu adalah yang lihai di dapur, ruang tamu, dan tempat tidur. 🙈  Kedengarannya kuno, tapi ada benarnya juga sih. Meskipun para feminist mungkin nggak setuju dan akan berargumen soal kesetaraan. Tapi bagi saya, melayani suami itu bukan tuntutan atau tekanan, tapi kepuasan dan kebanggaan. 

Hanya saja, sebagai wanita modern kan kita nggak selalu bisa atau suka jadi pembantu di ruang tamu, koki di dapur, dan pelacur di tempat tidur ya 🙅  Tenang, kita nggak perlu kok menerjemahkannya secara harafiah, tapi bisa juga memodifikasinya sesuai keadaan jaman sekarang. 

Nah, berikut ini versi saya, dan seperti biasa, saya kasih contohnya juga biar ada gambarannya ya... 


Maid in the Living Room

Intinya adalah gimana caranya bikin suami betah begitu dia pulang ke rumah.

Contoh: 
  • Seaktif apapun anak-anak sampai rumahnya berantakan kayak kapal pecah, begitu menjelang waktunya suami pulang, saya usahakan rumah sudah selesai dibereskan (dengan melibatkan anak-anak dan asisten rumah tangga). Jadi begitu suami tiba di rumah, paling nggak lantainya masih enak untuk diinjak dan nggak kesandung mainan di mana-mana 😂 
  • Setelat apapun suami pulang, meski itu sampai lewat tengah malam, saya usahakan sayalah yang membukakan pintu untuknya. Sebab saya punya ritual peluk cium suami ketika dia pulang. Jadi begitu suami tiba di rumah, setelah melewati hari yang panjang, dia akan merasa diterima di istananya dengan penuh cinta. Cieee... 💏


Chef in the Kitchen

Intinya adalah gimana caranya bikin suami doyan makan dan kenyang. 

Contoh: 

  • Saya bisa masak, tapi nggak jago2 amat, dan nggak begitu hobi juga. Suami juga kayaknya nggak terlalu doyan masakan saya, hahaha. Sejak punya asisten rumah tangga yang jago dan hobi masak, saya delegasikan pekerjaan masak memasak ke dia. Dalam sehari, dia biasa masak pagi dan sore, dan masing2 ada 3-5 jenis makanan :D 

  • SOP dari saya ke ART: sebelum kami beraktivitas harus sudah tersedia sarapan. Bersih2 bisa belakangan, yang penting nggak ada yang kelaparan. Kalau makan di restoran, perhatikan menu yang dipilih suami dan anak2. Google resepnya, kirim ke whatsapp ART, minta dia bikinin. Kadang dia inisiatif sendiri cari resep di Youtube 📱


Whore in the Bedroom 

Intinya adalah gimana caranya bikin suami bergairah di ranjang. 

Contoh: 
  • Saya nggak punya daster, tapi lingerie sekoper, lol 👙  Bagi saya, lingerie itu ibarat kotak/bungkus kado. Semakin menarik, semakin penasaran apa isinya, semakin nggak sabaran bukanya :D Baju luaran boleh murah2, tapi khusus pakaian dalam dan lingerie, saya sulit berkompromi. Sebab underwear dan lingerie adala koentjie 😉
  • Percuma lingerie seksi kalau isinya nggak terawat 🙊  Untuk menjaga kebersihan organ intim, saya suka pakai pembersih kewanitaan. Di antara banyaknya pilihan, yang paling saya suka adalah Resik V Godokan Sirih, karena pertama dan satu-satunya yang terbuat dari air rebusan daun sirih asli, jadi aman dipakai sehari-hari.

    Saya punya sih pohon sirih di rumah, tapi males aja harus rebus dulu berjam-jam sampai airnya surut dan siap dipakai. Nah Resik V Godokan Sirih ini proses pembuatannya sama persis: daun sirih pilihan dicuci dan direbus dengan air, baru kemudian dikemas ke dalam botol 100ml.


    Setiap wanita yang sudah menstruasi, apalagi ibu baru yang masih dalam masa nifas, perlu banget bersihin area kewanitaannya karena rentan terkena infeksi akibat penggunaan pembalut, aktifitas yang padat, dan faktor hormonal. Godokan sirih itu antiseptik alami untuk atasi keputihan, karena sudah teruji secara mikrobiologi membunuh biang keroknya, si jamur candida albicans. 

    Kalau packagingnya sudah menarik, isinya juga bersih dan wangi, suami kan pasti hepi. Sebab faktanya adalah, berdasarkan penelitian yang melibatkan 5000 responden, kebutuhan utama pria dalam pernikahan apa coba? Yes: SEX. So jangan heran kalau suaminya "minta" terus, karena itu memang kebutuhan dasarnya 😎



Nah, itu versi saya. Versi tiap orang pasti bisa berbeda-beda, sesuai situasi dan kondisinya. 

Satu tips pamungkas dari saya: upgrade our service in regular basis. Iya, tingkatkan pelayanan ke suami secara berkala. Contohnya nih, dulu waktu masih sama2 berjuang dari nol, kita kerjain semuanya bareng. Saya masak, suami nyuci piring. Saya siapin roti buat sarapan, dia buatin susu/teh/sereal buat minuman. Saya nyuci & jemur, suami nyetrika sambil nonton Desperate Housewives bareng 😄

Sekarang puji Tuhan kehidupan sudah lebih mapan, saya meng-hire asisten rumah tangga dan asisten pribadi untuk memudahkan segala urusan. Kalau dulu semuanya serba dikerjakan sendiri, sekarang sudah bisa delegasi. Bahkan untuk urusan perbankan, kami tidak pernah lagi ke bank, semua sudah ditangani Personal Banker atau Relationship Manager yang siap sedia hingga datang ke rumah untuk minta tandatangan. ✍

Ketika pelayanan di luar sana sudah sampai selevel itu, maka saya tidak boleh lengah melayani suami dengan standar lama. Saya juga harus meningkatkan pelayanan sesuai dengan levelnya saat ini. Ibaratnya nasabah prioritas atau solitaire, kalau dilayani dengan standar pelayanan nasabah reguler ya sudah nggak cocok lagi. Jangan sampai nasabahnya lari ke tempat lain yang menawarkan pelayanan lebih prima. 💃



Cheers,
Nuniek Tirta 


Popular posts from this blog

The Waiting Room of Life

There are few things in life that test our character more than waiting. Not the kind of waiting where you’re stuck in traffic with your favorite playlist on, but the heavy kind; waiting without certainty. The waiting that weighs on you because you don’t know if it will end tomorrow, next month, or next year. I’ve been thinking a lot about this today because something big just wrapped up. A long-awaited promise was finally fulfilled. And in the process, I witnessed firsthand how differently people behave when placed in the uncomfortable chair of “ the waiting room of life. ” Imagine a waiting room where everyone has been told their name will be called someday, maybe soon, maybe late. You’d see at least two kinds of people. Some people sit quietly, open a book, maybe start a new project on the side while glancing occasionally at the clock. They don’t need to narrate their suffering to the entire room.  They choose dignity over drama.  They know that patience doesn’t have to be ...

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

Waiting and Celebrating

This morning was wonderfully slow, the kind of slow where time doesn’t feel wasted but savored. Everyone in the house had their own lazy rhythm. No alarms, no rush, just soft hours unfolding. By two in the afternoon, we finally left for Pondok Gede to check our first house.  We had it lightly renovated: The old, tired canopy was taken down, so the two-story house could breathe and look elegant again. The walls and fence got a fresh coat of white paint, giving it that “new beginnings” look. The cracked tiles were replaced, no more tripping hazards waiting for unsuspecting guests. The windows were repainted, catching a bit of shine when the sun hits. House for sell or rent, near Mall Pondok Gede. Contact here. Now it’s neat, clean, and... how do I say this... ready to meet its "jodoh".  Although we don’t know yet if the match is a buyer or a tenant. Should we sell it? Should we rent it out? We don’t have the answer yet. And for someone like me, uncertainty is both fascinating a...

Staycation, Wedding Edition

A simple staycation turns magical; with seaside noodles, wedding joy, hotel robots, and small surprises that quietly reset the soul.

Less Fighting, More Understanding

Sunday mornings have this magical way of stretching out slowly, like they don’t want to end. This morning was one of those slow mornings, the kind where the house hums gently, everyone moves at their own pace, and there’s no rush to do anything other than exist. We had plans to go to church, but of course, life had its own little lesson in patience: the War Ticket frenzy. Thousands of people rushing online just to get a spot for worship every week; it’s kind of insane when you think about it. Praise the Lord indeed for the technology that lets us all battle for our pews without elbowing anyone physically. After church, we went for a late lunch, and that’s when I discovered MOKKA tucked away in a corner of the mall. I’ve walked past this mall so many times, but I never noticed it before. It’s funny how sometimes good things are hiding in plain sight, waiting for someone else to point them out. The restaurant was quiet compared to the line at Lekko just down the hall. And while MOKKA’s f...

What's the point of wealth?

At Permata Wealth Wisdom, lessons on economy and neurology collide; revealing that true resilience begins with a connected, healthy mind.

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

A Series of Plot Twists

A day full of unexpected turns becomes a reminder to embrace life’s plot twists with humor, grace, and gratitude; because detours make the best stories.

Going Home with a 270 Million Bill and a Prayer

Thursday, August 21, 2025 This is it! The day I finally got discharged after 10 nights in the hospital. After surviving ESWL for kidney stones + laparoscopy for appendix + mini laparotomy for myom and uterus removal.  In the morning, Dr. Eko came by with the golden ticket: “You can go home today.” And previously, Dr. Ong team also said the same. Finally! I’d been waiting for that sentence like a kid waiting for recess. Of course, it’s never as simple as “the doctor said I can go home.” Nope. There’s a whole backstage performance involving the nurses, admin, pharmacy, and let’s not forget the insurance company. Meanwhile, my husband was busy running back and forth between the hospital room and the car, carrying bags, while I reminded him, “Don’t forget to buy bread for the nurses and staff.”  Doctor on duty replaced the dressing on my laparoscopy wounds, but left the laparotomy one alone. Too wet, too risky. I didn’t even argue, I’m just glad someone else was brave enough to de...

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy.