Skip to main content

Hal-hal yang Saya Lakukan Ketika Anak Mulai Memasuki Usia Pra-remaja

image

Beberapa waktu lalu saat ke acara playdate, di antara blogger moms dengan anak-anaknya, saya baru ngerasa ternyata saya sudah tua juga ya :D Bukan karena usia dan uban yang mulai bermunculan, tapi karena anak-anak saya sudah nggak ada lagi yang berusia balita. Si bungsu usianya sudah 8 tahun, si kakak akhir tahun nanti 10 tahun. Berarti tahun depan si kakak sudah masuk usia belasan, huaaa…

Sebenernya sudah 2 tahun belakangan ini saya berusaha mempersiapkan diri untuk memiliki remaja putri. Apalagi anak saya perempuan dua-duanya, dan jarak usianya juga berdekatan. Apa saja usaha yang saya lakukan?

  • Kuliah lagi! Saya ambil kuliah S2 Psikologi Konseling di Sekolah Tinggi Teologi Jaffray.  Sama sekali bukan buat kejar nilai atau gelar, tapi murni buat ambil ilmu dan pengetahuannya. Bagi saya kuliah itu adalah salah satu investasi terbaik untuk pengembangan diri. Ilmunya bukan hanya untuk diri saya sendiri, tapi juga untuk keluarga, dan semoga buat orang lain juga. Asli, saya dapat banyaakkk banget ilmu parenting yang selama ini nggak saya dapatkan di buku-buku atau majalah-majalah parenting sekalipun. Ada mata kuliah khusus tentang Psikologi Perkembangan, Konseling Anak, Konseling Remaja, Konseling Keluarga. Sekarang sudah  semester terakhir, doain ya mudah-mudahan lancar sampai selesai =)

  • Memperkaya literatur. Baca buku-buku yang mendukung pastinya. Beberapa di antaranya:
  1. How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk - Adele Faber & Elaine Mazlish
  2. How to Say It To Your Kids – Dr. Paul Coleman
  3. Surviving the Terrible Teens – Dr Sandi Mann, Dr Paul Seager, and Dr Jonny Wineberg
  4. Dr. Riley’s Box of Tricks – 80 Uncommon Solutions for Everyday Parenting Problems
  • Selain itu saya juga membekali anak-anak melalui buku-buku terkait, seperti serial Why yang Puberty, juga ada buku khusus tentang persiapan menjadi remaja dan persoalannya. Untungnya anak-anak saya hobi baca, jadi tanpa disuruh pun kadang mereka minta beli dan baca sendiri =)
image
  • Berbicara tentang pendidikan seks secara terbuka. Sejak mereka balita, saya sudah memberikan mereka buku Who Has What? Yang isinya membahas tentang perbedaan tubuh anak laki-laki dan perempuan. Memasuki SD, saya berikan buku Why? Seri Puberty. Sengaja saya kenalkan mereka pendidikan seksual sejak dini sebelum mereka terkontaminasi dengan yang lain. Prinsip saya, daripada mereka diam-diam mencari tahu sendiri di luar dari sumber yang belum tentu benar, lebih baik mereka bertanya kepada saya sebagai orangtuanya secara terbuka.

  • Memberinya ruang untuk berteman. This is important because friends are central to teen. Menurut Gottman & Parker, teman itu penting bagi remaja karena alasan-alasan berikut:
  1. Companionship – to share interets, dreams, fears and hang out with
  2. Stimulation – friends provide entertainment, excitement and fun
  3. Physical support – to accompany them
  4. Ego support – to boost self-esteem
  5. Social comparison – to behave well
  6. Intimacy / affection – to develop warm, share secrets and feelings

Berteman nggak hanya dengan teman sekolah saja. Tapi juga dengan saudara, teman sekolah minggu, atau kenalan baru. Dengan saudara, hampir setiap akhir pekan mereka kumpul bareng sepupu di rumah eyangnya seusai les piano. Dengan teman sekolah minggu, sesuai judulnya ya di hari minggu (kalau lagi nggak bolos, hehehe). Dengan kenalan baru, misalnya ikut kegiatan positif seperti Taro Camp =)

image

Kenapa saya bilang kegiatan Taro Camp ini positif? Karena aktivitas petualangannya menerapkan metode Experential Learning untuk membentuk karakter anak yang tangguh (resilience), cerdik (street-smart), dan peduli (care for others & environment).

Sejak pendaftaran Taro Camp dibuka April lalu, saya langsung mendaftarkan si sulung untuk ikut. Si kakak sebelumnya sudah nonton dulu rekaman aksi #AnakTangguhIndonesia di Youtube channel Taro. Untung banget saya cepat daftar, karena teman saya mau mendaftarkan anaknya juga selang seminggu kemudian, sudah ditutup karena penuh!

Sehari sebelum acara Taro Camp itu, si kakak packing tas bawaannya sendiri lho. Untung sudah ada checklist lengkap dari panitia, jadi lebih mudah mempersiapkannya. Saya nggak perlu repot lagi, tinggal mengecek saja sudah lengkap atau belum. Bangga melihatnya bisa mandiri =)

image

Selain daftar yang harus dibawa, panitia juga memberikan daftar Do and Don’t, Camping Map, dan Jadwal Acara mulai hari pertama sampai hari ketiga yang tampaknya seru banget. Anak saya jadi makin semangat deh. Sayang, adiknya belum bisa ikutan karena belum cukup umur. Tunggu tahun depan ya dek!

Kalau nggak mau ketinggalan info pendaftaran tahun depan, daftar newsletternya saja di sini: http://rangerscamp.taro.id/ Dan bisa ditonton juga Aksi Tangguh Taro Rangers setiap hari Minggu jam 7.30 di RCTI. Jangan sampai ketinggalan!   

PS: Cerita tentang kegiatan Taro Camp nya sendiri nanti menyusul ya =) 

Comments

Popular posts from this blog

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

Sunday at IdeaFest: Purbaya, Agak Laen!

A full day at IdeaFest 2025 with Agak Laen, Purbaya, Ben Soebiakto and Bilal Faranov. Laughter, insight, and creativity everywhere.

Perawatan wajah dan cerita masa muda

Andaikata blog dan social media saya punya semacam FAQ (Frequently Asked Question, alias pertanyaan yang paling sering ditanyakan), sudah pasti di urutan pertama akan bertengger pertanyaan: "Pakai produk perawatan wajah apa?"  Banyaaaakkk banget follower instagram / facebook / twitter saya yang nanya gitu, dan minta saya mengulasnya. Saya bilang sabar, tunggu tanggal mainnya. Tapi sebelum saya jawab pertanyaan itu, saya mau mengenang masa muda dulu ah..  Jadi begini cucuku... Waktu pertama kali ngeblog 15 tahun lalu , usia saya masih 21 (yak silakan dihitung usia saya sekarang berapa, pinterrrr). Jadi jangan heran kalo gaya bahasanya masih 4I_aY 4b3zzz.. (eh ga separah itu juga sih, hehe). Tapi ekspresi nulisku di masa-masa itu masih pure banget, nyaris tanpa filter. Jadi kalo dibaca lagi sampai sekarang pun masih berasa seru sendiri. Kayak lagi nonton film dokumenter pribadi. Kadang bikin ketawa ketiwi sendiri, kadang bikin mikir, kadang bi...
[gallery] Kakek tua ini mondar mandir menjajakan tisu kepada semua orang yang sedang menunggu di Halte Stasiun UI. Tongkat besi membantu langkah kakinya yang hitam keriput. Saya tidak butuh tisu, tapi saya punya selembar duaribuan. Ya bolehlah, siapa tau nanti butuh. Saya berikan lembaran itu, dia serahkan satu bungkus tisu. Kemudian dia duduk persis di samping saya. Menaikkan kaki, merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian… Memantik api dan menyalakan sebatang dji sam soe. Aduh kakek, jadi capek2 jualan uangnya buat dibakar ngerusak tubuh doang? Rabu, 24 Februari 2015 Universitas Indoesia Nuniek Tirta

Why Love Never Fails?

A reflection on excellence, love, and transformation. How the year’s trials became lessons in divine refinement.

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

When a School Feels Like a Nation

A school cultural festival that celebrates diversity, tradition, and the joy of learning together.

Berapa Biaya Liburan ke Resort di Maldives Sekeluarga?

Disclaimer: Sebelum berprasangka, tulisan ini dipublish bukan untuk tujuan riya, melainkan untuk berbagi informasi buat yang membutuhkan saja. Paham yaaa. 👻👻 Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada Apr 21, 2017 pada 8:40 PDT Judul di atas adalah pertanyaan yang cukup sering saya dapatkan dari teman-teman sejak saya pulang dari liburan sekeluarga di Maldives minggu lalu. Kalo banyak yang nanyain berarti banyak yang pingin tau  informasinya,  jadi saya tulis di sini aja ya.  Semoga bisa jadi gambaran buat teman-teman untuk mempersiapkan budget liburan keluarga ke resort di Maldives. Silakan dishare ke pasangan buat kode-kode, ehehehe.  Tahun ini bukan pertama kalinya saya ke Maldives. Sebab dua tahun lalu saya dan suami sudah pernah liburan ke Maldives berdua saja untuk ritual hornymoon di ulang tahun pernikahan kami. Oleh-oleh dalam bentuk tulisan saya untuk LiveOlive bisa dikonsumsi gratis di sini:  Tips Libura...

Can Growth Ever Be Truly Mutual?

Reflections from Simbiosis Bisnis 2025; on true collaboration, comfort zones, and finding mutual growth in business and life.

What If the Minister Didn’t Show Up, But the Wisdom Still Did?

When the minister didn’t show up, wisdom did. A day of unexpected lessons and inspiration. "Disappointment has a funny way of turning into wisdom, if you stay long enough to listen."   —   Nuniek Tirta Sari So, I woke up early today. Like,   really   early. My mission: to attend the OCBC Business Forum 2025 in St. Regis Kuningan and listen to the new Minister of Finance, Mr. Purbaya's speech.  After wrestling through Jakarta’s legendary morning traffic for 2 hours, I finally arrived at the venue. The first dialogue session was already running, and I panicked, thinking I’d missed the minister’s talk. But when I looked at the latest rundown, surprise! His name was nowhere to be found. Apparently, he’d never confirmed attendance in the final version. Ah, the classic “expectation vs. reality” moment. OCBC Business Forum 2025 I just laughed. Not even disappointed anymore, just… amused. Because really, what else can you do when the main reason you came didn’t show up...