Skip to main content

Metamorfosa Nuniek Tirta



Kapan itu aku posting foto2 jadulku dan suami 15 tahun lalu. Alhasil banyak banget yang komen aku kok bisa beda banget yang sekarang dengan yang dulu. Padahal awalnya fokusnya buat suami, eh malah pada salfok ke aku, hahaha.



Trus jadi pada minta aku posting proses transformasi metamorfosaku kan. Kalau dapat minimal 200 likes dan 100 YES baru aku posting. Eh kejadian, lol. Demi memenuhi janji dan memuaskan rasa penasaran pemirsa, maka aku publishlah foto2 transformasi seorang Nuniek Tirta =)))


Biar gampang, aku bagi menjadi 3 fase: masa kecil, masa muda, masa dewasa.

Masa Kecil

Metamorfosa Nuniek Tirta: Childhood phase memory. 👧🏻 Keterangan foto: 1. Bayi, 1980. 2. Batita, circa 1982. 3. Balita, circa 1984. 4. TK, circa 1985. 5-8. SD, circa 1986-1991. 9. SMP, circa 1994. 10. SMK, circa 1996. 👧🏻 As you can see from those pics, I was not born with the silver spoon. Aku lahir dari keluarga sederhana. Sejak lahir sampai usiaku 6 tahun, keluargaku tinggal di rumah kontrakan yg bahkan nggak ada WCnya. Jadi kalau mau buang air besar harus ke jamban umum di pinggir kali yang sekarang jadi parkiran Menara Mulia 😁 Kebayang kan kalo pas tengah malem tiba2 mules sakit perut? 😅 👧🏻 PS: aku anak kedua dari tiga bersaudara, dengan kakak yang 2 tahun lebih tua dan adik 8 tahun lebih muda. So silakan tebak sendiri aku yg mana aja di foto2 itu ya 😊 👧🏻 Next: youth phase memory. 👧🏻 #nutstory #nutsays #nutspic #nutslyfe #nutschildhood #metamorphosis #nutstransformationstory
Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada



Masa Muda

Metamorfosa Nuniek Tirta: Youth phase memory. 👱🏼‍♀️ Nah yg ini aku nggak ingat detail tahun2nya, yang jelas ini masa2 aku kuliah dan firstjobber antara 18-23 tahun, belum bisa dandan 😜 👱🏼‍♀️ Badanku waktu itu kecil banget. Tinggi 153cm. Beratnya pernah cuma 37kg karena ngga makan seminggu abis berantem sama mantan (nope, bukan suami 🤣). 👱🏼‍♀️ Segendut2nya paling mentok di 42kg 😜 Padahal normalnya kalo makan banyak banget 😁 Setiap pagi & malam juga selalu minum susu kalsium dibikinin mama 😅 👱🏼‍♀️ PS: Foto pertama dan kedua itu yang motretin teman lamaku @dammersaragih sore2 di Senayan, setelah paginya foto bareng @nataliardianto di car free day Sudirman yg masih sepi banget (see previous posts) 👱🏼‍♀️ #nutstory #nutsays #nutspic #nutslyfe #nutschildhood #metamorphosis #nutstransformationstory
Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada



Masa Dewasa


Metamorfosa Nuniek Tirta: Motherhood phase memory. 🤰 Ini faseku menjadi ibu muda sejak usia 26. Sayang nggak nemu foto2 waktu hamilnya, memang jarang difoto juga. 🤰 Periode hamil sampai punya 2 balita ini bisa dibilang aku lagi butek2nya banget deh dalam hal penampilan. 🤰 Gimana nggak, waktu hamil berat badan meroket dari 42 ke 66kg 😅 Anak udah lahir, dari naik 24 cuma turun 5kg 🤪 🤰 Ada pula masanya ngurus 2 batita tanpa baby sitter atau pembantu rumah tangga 💪🏽 Boro2 sempet dandan deh. 🤰 Bisa dibilang aku baru mulai memperbaiki penampilan & merawat diri lagi sejak usia 30, anak2 udah preschool. 🤰 Apa saja yang aku lakukan sampai bisa bertransformasi dan bermetamorfosa? Hmm tunggu jawabannya di blog! 🤰 PS: Bayi di foto pertama itu adalah anak sulung kami yg tahun ini masuk SMP 😅 🤰 #nutstory #nutsays #nutspic #nutslyfe #nutschildhood #metamorphosis #nutstransformationstory
Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada



Proses Transformasi

Sekarang pertanyaannya pasti sama semua: jadi aku ngapain aja sampe bisa keliatan beda?
Oplas wajah? Klinik kecantikan? Perawatan dokter?
Hahahah sabar buibuuu, aku jawab satu persatu yaa.

Ini hal-hal yang aku lakukan, yang nomor 2 memberi pengaruh paling besar!


  • 1.     Belajar Make Up (Usia 30)
Aku dulu nggak bisa dan nggak hobi dandan. Waktu kuliah di Aksek Tarakanita pernah sih dapet pelajaran make up. Tapi karena nggak pernah dipraktekin ya lupa. Sampe kerja kantoran pun paling banter pake bedak bayi dan lipgloss. Kalo lagi ada acara bolehlah tambahin mascara.
Asli dulu tuh aku berpuas diri banget ngerasa cukup cantiklah ngapain lagi dandan udah (pede abis sumpah). Apalagi masa-masa urus 2 batita tanpa bantuan pengasuh dan asisten rumah tangga, halah boro2 makeup. Sempet mandi aja udah syukur alhamdulillah, hahahah. *tutup muka*
Sampailah masa di mana aku terkondisikan keluar dari zona nyaman. Ceritanya sudah pernah aku tulis 8 tahun lalu di sini: Wanita dan Social Media. Mulailah aku memperbaiki dan menjaga penampilan. Dimulai dengan nonton tutorial make up di youtube, googling websites, sampai nemu dan ikut kursus privat make up, di sini: Make Up Lesson, Quality Time, It Can Be Fun.
Make up yang baik bukan berfungsi sebagai topeng, tapi untuk menonjolkan keindahan wajah. Aku nggak suka make up terlalu berat. Bahkan percaya atau nggak, baru setahun terakhir ini aja aku punya meja rias di rumah. Maklum, seringnya dandan di jalan alias di dalam mobil, hehehe.


  • 2.     Pasang Kawat Gigi (Usia 31)
Dulu gigiku berantakan sebelah. Jadi kalo difoto cuma bagus dari sisi kiri aja. Trus lama-lama kok gingsulnya makin keluar ya. Setelah mikir2 7 tahun, akhirnya memberanikan diri juga pasang kawat gigi di Audy Dental Kemang. Waktu itu biayanya murah, cuma 4 juta rupiah. Beli vouchernya di OgahRugi.com. Mulai pasang September 2011, selesainya 2014.
Hasilnya? Sangat memuaskan. Setelah gigi rapi itu bener-bener mengubah penampilan. Senyum jadi bagus, mau dari sisi mana aja juga hayo. Pipi jadi lebih tirus, karena kan giginya berkurang 4 biji. Batang hidung juga jadi kelihatan lebih tinggi sedikit karena efek pipi tirus dan gigi mundur itu =)
Dulu waktu masih pacaran, suami juga sudah pasang kawat gigi dan aku melihat sendiri perubahan wajahnya. Dari cupu gigi gingsul agak maju, habis lepas kawat gigi tingkat kegantengan naik drastis. Malah temen2 kantor barunya manggil dia Delon, pemenang Indonesian Idol yang waktu itu lagi tenar2nya, hehehe.
Bonus pasang kawat gigi: berat badan turun! Pernah di 46 kilo padahal sebelumnya 50an. Ya gimana, kan selama ada kawat gigi itu makan nggak nyaman. Apalagi pas baru dipasang dan tiap habis kontrol mingguan. Beuh… berasa banget tiap abis ditarik kan. But all the pain is paid off everytime I see myself smile in front of the mirror. I fall in love with myself even more =)


  • 3.     Lasik Mata (Usia 33)
Gigi udah dirapihin, sekarang mata. Dari jaman sekolah itu mata aku memang udah minus dan silinder. Makin lama makin nambah kan, apalagi sehari-hari di depan komputer.
Awalnya aku pake contact lens. Eh dimarahin dong sama cici optik langganan gara2 mataku merah sampe berurat gitu tiap pake lens. Dia sampe bilang gak mau jual contact lens ke aku lagi karena takut kenapa2.
Ya udah aku pakai kacamata deh. Repotnya, aku pelupa berat level kacamata bisa ketinggalan di kulkas oemji. Dan karena aku hobi snorkeling, gemes banget tiap nyelem pemandangan burem karena silinder. Bikin kacamata khusus mahal banget.
Dulu aku pernah ikut seminar AyahBunda soal lasik. Denger penjelasan dokternya soal kecanggihan alat lasik langsung tertarik. Apalagi pengerjaannya super akurat dan hanya hitungan detik. Duh, makin tergelitik.
Mikir2lah aku selama 4 tahun sambil nabung biaya lasik. Bandingin sana sini mulai dari alat, metode, sampe fasilitas rumah sakit atau klinik. Ikutin seminarnya lagi dan lagi dan lagi sampai 3 kali biar yakin nggak salah pilih. Mata gitu lho!
Akhirnya di bulan Januari 2013, aku mantap ambil tindakan lasik di Klinik Mata Nusantara yang Kebon Jeruk. Waktu itu biayanya 25juta all in, termasuk konsultasi berkala dan vitamin setelah tindakan. Pernah aku tulis singkat di sini: Best Decisions.
Aku datang ditemani suami jam 8 pagi, langsung periksa ini itu sampai jam 12 siang. Prosesnya runut, semua serba dijelasin. Nggak nunggu lama di sela2 pemeriksaan, dan ada snacks & drinks unlimited.  #penting
Setelah pemeriksaan 3-4 jam, baru deh tindakan. Proses lasiknya sendiri itu tau nggak berapa lama? Cuma 15 detik! Asli cepet banget, dan nggak sakit sama sekali. SAMA SEKALI. Dan aku merasa bodoh kenapa mikirnya sampai 4 tahun. LOL.
Sampai sekarang udah 5 tahun lebih pasca lasik, mataku baik-baik saja tidak ada keluhan. Paling kalau sesekali kering ya tetesin air mata buatan aja, itu normal. Yang jelas, aku bisa melihat jelas dan bebas dari contact lens atau kacamata minus.


  • 4.     Eyelash Extension
Setelah bebas dari kacamata, aku jadi bebas explore make up buat menonjolkan keindahan mataku. Salah satunya dengan cara eyelash extension. Ini andalan banget buat aku yang sering traveling. Bener-bener ngebantu hemat waktu saat dandan.
Banyak banget yang nanyain aku biasanya eyelash extension di mana. Udah sering aku jawab juga sih. Tapi gpp aku jawab lagi di sini deh. Langganan aku buat eyelash extension setahun belakangan ini di sini: Maxi Salon di Ambassade Residence. Detailnya di bawah ini yaaa.

Wuih! Ternyata yg jawab mau ada 50 orang lebih 🤣 Berarti banyak juga ya yang mau tau saya treatment di mana dan berapa biayanya 😅 Baiklahhh, ini jawabannya yaaa 😉 Ada beberapa salon langganan saya, semuanya affordable 👌🏼 Salah satunya adalah salon yang mau saya bahas ini 😊 Sebenernya udah lama mau kasih tau ke followers, tapi... 🤔 Takut salonnya jadi rame dan saya jadi susah kalo mau treatment mendadak! Hahaha... *egois* 😈 Trus males juga kalo ntar jadi sering ditanyain ini itu soal salon ini, padahal ini testi gratisan 😂 Well anyway... Jadi kemarin2 saya cuma bocorin soal salon ini ke teman2 baik dan para peserta #nutsmeetup aja 😁 Maklum, ini salon kecil. Lokasinya pun nyempil. Luasnya seupil. *upilnya siapaaaa??? 🤣 Tapi strategis banget buat saya yang seringnya wara wiri di area Kuningan dan sekitarnya. Namanya Maxi Salon & Hair Beauty, alamatnya di basement Ambassade Residence, Jl. Denpasar Raya Kav 5-7 Jakarta Selatan. Tinggal jalan kaki dari / ke Mall Kuningan City. Saya nemunya baru awal tahun ini, itupun nggak sengaja... gara2 promo 😁 Saya biasanya ke sana untuk: Gunting rambut, blow dan eyelash extension dengan Mbak Endang, suka hasilnya natural banget 👍🏼 Hair spa, manicure, pedicure, nail polish OPI or gel 💅🏼 Kalau untuk cat rambut beda lagi salonnya 👩🏻 PASTI MAHAL? Tergantung, pembandingnya apa dulu. Kalo dibandingin salon kampung langganan saya yang lain ya lebih mahal. Kalo dibandingin salon di mall langganan saya yang lain lagi ya lebih murah. Yang jelas hasilnya memuaskan dan saya senang saat bayar 😁 JADI BERAPA HARGANYA??? Paket gunting rambut + creambath + blow tarik = 90ribu 💇🏻 Paket eyelash extension + rapihin alis = 125ribu 👁 Paket hair spa + manicure pedicure + nail polish OPI + blow tarik = 138 ribu 💅🏼 Silakan geser foto di atas untuk lihat paket2 promo mereka yang masih ada di aplikasi diskonan (google it!) 😁 Kalo ke sana salam dari Natali ya (mereka nggak kenal Nuniek 🤣) Tanyain diskon 20% dari harga normalnya masih berlaku nggak. Ada treatment gratis juga kalau sudah mencapai nominal tertentu (akumulatif). AYOO, PADA BILANG APA?? Yes, you're welcome! #nutstips #nutsbeauty #nutsplace #nuniektirta #nutstyle #nutslyfe
Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada



  • 5.     Find my peace of mind. (Usia 34)
Beauty comes from within. Sounds classic! I know, right? Tapi bener. I feel and look much prettier when I’m happy and content with my life. And happiness is overrated for those who are still striving for peace of mind. Read my stories about it here: Journey to the Peace of MindHome Sweet Home2013 Experience & Lessons Learned -  2014: Review.

Udah itu aja? Iya. Maafkan jikalau kejujuranku mengecewakan pemirsa. Hahahaha.

Ah masa sih?
Nggak pernah oplas wajah?
Nggak pernah sama sekali. Nggak berani. #anaknyacemen

Klinik kecantikan?

  • ·      Baru nyoba tahun lalu ambil paket Vanquish, Exilis, dan X-Wave barengan with my besties, buat toning body. Etapi habis itu aku ultah dan makan-makan terus tiap minggu, jadi ya percuma sajalah, hahaha.
  • ·      Bulan lalu diundang La Lumiere nyobain Exilis Ultra untuk area paha, hasilnya lumayan berasa.
  • ·      Minggu lalu baru nyoba Venus Legacy Full Face buat mengencangkan wajah, di La Lumiere juga.
  • ·      Treatment2 selain itu kayak filler, botox, threadlift, belum pernah aku coba sama sekali. Belum punya nyali kalo hasilnya gagal, hahahah. Belum diizinin suami juga.


Perawatan dokter?
Karena kulit wajahku tergolong bandel alias jarang bermasalah mau dipakein produk apa juga, jadi nggak merasa butuh ke dokter kulit. Pernah sekali nyoba ke dokter kecantikan wajah terkenal 6 tahun lalu biar lebih kinclong. Belum kelihatan hasilnya udah nyerah duluan. Ribet dan mihil cyn. LOL. 

Kalo program pelangsingan?
Oh ini pernah, ikut program pelangsingan badan dan berhasil turun 6 kilo dalam 3 bulan. Barengan sama suami, doi malah turun 12 kilo dalam 3 bulan. Diet ketat, suntik, minum pil. Tapi karena nggak jaga pola makan jadi naik lagi deh sampai impas setahun kemudian, lol. Selanjutnya aku jaga dengan #GMDiet aja. Silakan googling apa itu GM Diet ya. Nextnya mau coba diet keto nih, doakan ya :D 

Kalo nyalon sering dong?
Iya lumayan sering, setiap bulan pasti ada. Tapi nggak aku masukin ke daftar di atas karena sudah sering kulakukan sebelum bertransformasi. Treatmentnya pun standar aja: antara creambath, hairspa, cuci blow, lulur, massage, manicure pedicure, cat dan gunting rambut. Salonnya juga ganti-ganti disesuaikan dengan tempat dan waktu sesempatnya.
Soal harga dan tempat nggak masalah buatku, fleksibel aja. Aku bisa aja hari ini nyalon di pasar tradisional, besoknya di mall mewah terkenal. Salon langgananku ada yang harga paket massage-lulur-steam-facial-creambath-blow cuma 100ribu, ada juga yang gunting doang 700ribu. Soal salon2 langganan nanti ditulis terpisah aja deh yaaa.

Oke, jadi kepanjangan banget kan ini tulisan, hahaha… Kalo masih ada pertanyaan, silakan lempar di komen atau DM yaaa. Share juga dong pengalamanmu!

Cheers,
Nuniek Tirta

Popular posts from this blog

The Waiting Room of Life

There are few things in life that test our character more than waiting. Not the kind of waiting where you’re stuck in traffic with your favorite playlist on, but the heavy kind; waiting without certainty. The waiting that weighs on you because you don’t know if it will end tomorrow, next month, or next year. I’ve been thinking a lot about this today because something big just wrapped up. A long-awaited promise was finally fulfilled. And in the process, I witnessed firsthand how differently people behave when placed in the uncomfortable chair of “ the waiting room of life. ” Imagine a waiting room where everyone has been told their name will be called someday, maybe soon, maybe late. You’d see at least two kinds of people. Some people sit quietly, open a book, maybe start a new project on the side while glancing occasionally at the clock. They don’t need to narrate their suffering to the entire room.  They choose dignity over drama.  They know that patience doesn’t have to be ...

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

Waiting and Celebrating

This morning was wonderfully slow, the kind of slow where time doesn’t feel wasted but savored. Everyone in the house had their own lazy rhythm. No alarms, no rush, just soft hours unfolding. By two in the afternoon, we finally left for Pondok Gede to check our first house.  We had it lightly renovated: The old, tired canopy was taken down, so the two-story house could breathe and look elegant again. The walls and fence got a fresh coat of white paint, giving it that “new beginnings” look. The cracked tiles were replaced, no more tripping hazards waiting for unsuspecting guests. The windows were repainted, catching a bit of shine when the sun hits. House for sell or rent, near Mall Pondok Gede. Contact here. Now it’s neat, clean, and... how do I say this... ready to meet its "jodoh".  Although we don’t know yet if the match is a buyer or a tenant. Should we sell it? Should we rent it out? We don’t have the answer yet. And for someone like me, uncertainty is both fascinating a...

Staycation, Wedding Edition

Sometimes the best kind of joy doesn’t come from running away. It comes from choosing to be fully present somewhere new, even if it’s still in your own city. Some weekends don’t just rest your body; they quietly reset your spirit too. Saturday, October 4, 2025. The day I’d been waiting for finally arrived: staycation day with my husband! It had been ages since our last one. Unless you count that time I stayed overnight at the hospital (which I don’t, thank you very much). This time, we had a much better reason: a wedding. Since the venue was quite far from home, we figured, why not make a little weekend out of it? After finishing some work and a blog post (because apparently, I can’t truly rest without typing something first), we headed out at noon to... drumroll... PIK 2. Predictably, it was scorching. The kind of heat that makes you question all your life choices. But honestly, I’d missed the seaside vibe too much to complain, fake or not. We parked at The Land’s End, and after walki...

Less Fighting, More Understanding

Sunday mornings have this magical way of stretching out slowly, like they don’t want to end. This morning was one of those slow mornings, the kind where the house hums gently, everyone moves at their own pace, and there’s no rush to do anything other than exist. We had plans to go to church, but of course, life had its own little lesson in patience: the War Ticket frenzy. Thousands of people rushing online just to get a spot for worship every week; it’s kind of insane when you think about it. Praise the Lord indeed for the technology that lets us all battle for our pews without elbowing anyone physically. After church, we went for a late lunch, and that’s when I discovered MOKKA tucked away in a corner of the mall. I’ve walked past this mall so many times, but I never noticed it before. It’s funny how sometimes good things are hiding in plain sight, waiting for someone else to point them out. The restaurant was quiet compared to the line at Lekko just down the hall. And while MOKKA’s f...

What's the point of wealth?

Sometimes the mind gives up long before the body does. And sometimes, the body quietly follows the signals the mind keeps whispering. Today’s event reminded me that resilience isn’t just about having strong savings, but also having a strong brain. Every year, I get invited to   Permata Wealth Wisdom , kind of like my annual “school trip” to The Ritz-Carlton Pacific Place . This year’s theme:   Resilient Wealth, Confident Future.   I arrived at 9:30, just in time for the keynote speech by Airlangga Hartarto , Coordinating Minister for Economic Affairs . The topic:   Navigating Indonesia’s Economy Amid Global Shifts .   Basically, he talked about how Indonesia’s economic resilience relies on innovation, infrastructure, and inclusive growth. Then came the talk show, moderated by my friend Aline Wiratmaja , with the panelists: Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) , the former Governor of Jakarta , with his trademark blunt honesty. Josua Pardede , Chief Economist of Permata...

Going Home with a 270 Million Bill and a Prayer

Thursday, August 21, 2025 This is it! The day I finally got discharged after 10 nights in the hospital. After surviving ESWL for kidney stones + laparoscopy for appendix + mini laparotomy for myom and uterus removal.  In the morning, Dr. Eko came by with the golden ticket: “You can go home today.” And previously, Dr. Ong team also said the same. Finally! I’d been waiting for that sentence like a kid waiting for recess. Of course, it’s never as simple as “the doctor said I can go home.” Nope. There’s a whole backstage performance involving the nurses, admin, pharmacy, and let’s not forget the insurance company. Meanwhile, my husband was busy running back and forth between the hospital room and the car, carrying bags, while I reminded him, “Don’t forget to buy bread for the nurses and staff.”  Doctor on duty replaced the dressing on my laparoscopy wounds, but left the laparotomy one alone. Too wet, too risky. I didn’t even argue, I’m just glad someone else was brave enough to de...

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

A Series of Plot Twists

Today felt like an indie film directed by the universe itself. Every scene had a sudden   plot twist , and I was just the confused yet slightly amused main character, improvising my way through. Plot twist number one: I was supposed to go to Jakarta Premium Outlet to find something to wear for Saturday. But! My husband suddenly had an offline meeting. Plot twist number two: I wasn’t planning to join him, but he suggested I come along and wait at a café. Better than being home alone, I thought. Plot twist number three: he assumed the meeting was in Tangerang, just thirty minutes from BSD. Nope. Kuningan. More than an hour’s drive.  Plot twist number four: Hungry in the car because we’d only had brunch, we planned to grab snacks. But I missed the exit, got sucked into the toll road, and ended up snackless and pretty starving. Plot twist number five: I landed at one of my favorite places, Erasmus Huis. I read a book in the library and ordered food at the little Dutch café. Just a...

Not Winning, Still Blooming

Every year, my husband and I get invited to the BCA Wealth Summit at the Grand Ballroom Kempinski, Jakarta. Same venue, same buzz, same format, even the same familiar faces. One of them is Ko Michael, who insists on   not   being called “Pak” because it sounds too old, hehe. It’s always nice to catch up with him, exchanging updates on investments, startups, and the comfort of knowing we’re still orbiting in the same world. With ko Michael the owner of King Foto Indonesia at BCA Wealth Summit One of the things that always makes the Summit worthwhile are the sessions that stretch my mind. Mari Elka Pangestu, Vice Chairwoman of the National Economic Council, talked about   The New Trade Paradigm and Its Implications to Indonesia .   One line stayed with me: in a world shifting from globalization to regional blocs, Indonesia needs to think less like a passive participant and more like a proactive designer of its role. It reminded me that wealth is not just about assets,...