Skip to main content

Pacaran Minggu Ini





Photo by @nisadianty

Kalau kamu sering mengikuti postinganku di media sosial, pasti sudah lumayan familiar dengan hashtag #PacaranMingguIni ya. Sebuah hashtag yang disematkan untuk menandai ketika aku pacaran sama suami.


Kenapa pacaran?
Karena ya memang harus berduaan. Nggak boleh diganggu sama anak, ortu, mertua, sodara, teman, tetangga. Apalagi sama anaknya ortu mertua dari sodaranya teman tetangga. #halah #ribet

Kenapa minggu ini?
Karena dijadwalin rutin setiap minggu alias seminggusekali. Dulu waktu suami masih ngantor, jadwalnya tiap Jumat malam, supaya Sabtu-Minggu full buat anak. Sekarang karena mostly Senin-Jumat kami sudah bareng anak2 terus, jadi dijadwalinnya Sabtu siang/sore.

Nggak bosen, gitu?

Yaampun sis, kalo pacaran yang menyenangkan aja bosen, gimana ngelakuin hal-hal lain yang nggak menyenangkan? Pacaran itu kan reward, hadiah setelah melakukan kewajiban-kewajiban kita sebagai orangtua dan suami/istri.

Trus kalo pacaran anaknya sama siapa?
In our case, we’re lucky to have a solid support system. Punya asisten rumah tangga dan personal assistant yang bisa diandalkan. Punya orangtua/mertua yang tinggal satu kota. Banyak saudara yang juga tinggal satu area.

Lha kalo nggak punya support system?
Yaa.. memang agak susah. Eits, tapi jangan menyerah! Dulu aku juga pernah kok bertahun-tahun jadi ibu rumah tangga full tanpa asisten rumah tangga, personal assistant, baby sitter. Cara pacarannya: ngobrol atau nonton bareng pas anak-anak udah tidur J


Kalo ditinggal pacaran, anak-anaknya suka protes nggak?
Nggak. Kami bangun kebiasaan pacaran jadi mereka bisa lihat itu sebagai kebutuhan yang wajar. Karena anak-anak udah cukup gede, dikasih pengertian kalo pacaran rutin itu penting buat jaga kesehatan pernikahan. And we want them to keep this value.

Pacaran setelah nikah tuh ngapain aja sih?

Ya mirip kayak pacaran sebelum nikah sih. Bedanya kalo mau lanjut ke kamar ya halal aja. #halah hahaha. Biasanya kita ngelakuin hal-hal yang disenengin bareng2 aja. Suami seneng nonton, ya aku temenin nonton. Aku senengnya makan bareng, ya kita makan bareng.

Trus apa manfaatnya?
Wah ya banyak. Pertama, refreshing. Bebas tugas dari rutinitas pekerjaan (kantor maupun rumah tangga). Kedua, melancarkan komunikasi. Uneg2 minggu itu bisa dikeluarin dengan santai tanpa baperan. Ketiga, memperkuat relasi. Kita jadi tau apa maunya pasangan kita.

Tapi pasanganku tuh gak romantis, mana mau dia pacaran2..
Menurut ngana suamiku aslinya romantis? Oh tidak sama sekali. Hahaha. Ya bayangin, aku tuh baru dikasih kado ultah setelah 10 tahun nikah! Itu juga karena dikomporin anak-anaknya. Hahahah. Ngasih2 surprise juga baru beberapa tahun belakangan ini kok.

Trus gimana cara bujuk pasangan yang nggak romantis itu biar mau rutin pacaran?
Mulailah dengan menemaninya melakukan hal-hal yang dia sukai. In my case, aku tau dia suka nonton. Ya kutemenin nonton, meski nggak selalu suka filmnya (apalagi thriller, duh!). Sebelum/sesudah nonton kita makan bareng, nah itu aku suka karena aku bebas curcol, lol.

Nggak bangkrut tuh pacaran mulu tiap minggu?
Ya kan pacarannya nggak harus selalu keluar uang atuh neng, akang. Bisa olahraga keliling komplek. Bisa foto2 di taman. Bisa ibadah bareng. Atau kayak temanku Edy Sulistyo dan istrinya, jalan kaki keliling mall menjelang mallnya tutup (apartemennya ada di atas mall).

Intinya banyak cara menuju peraduan pacaran. Coba aja dulu diagendakan. Siapa tau malah ketagihan. Aku tuh dulu gampang uring-uringan. Darah BaBel ala Ahok mengalir tiap kali nggak sabaran. Sejak rutin pacaran, puji Tuhan jadi lebih mudah dijinakkan. Hehehe.

Remember: happy wife = happy kids = happy family. Yakaan? Udah iyain aja :)))

Selamat pacaran! Jangan lupa berbagi kebahagiaanmu sama pasangan dengan hashtag #pacaranmingguini ya, biar kita juga ketularan bahagia J

PS: Below are a few of my #pacaranmingguini posts. You can check the rest by clicking HERE.




Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada

Sebuah kiriman dibagikan oleh Nuniek Tirta (@nuniektirta) pada



Popular posts from this blog

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

Staycation, Wedding Edition

A simple staycation turns magical; with seaside noodles, wedding joy, hotel robots, and small surprises that quietly reset the soul.

What's the point of wealth?

At Permata Wealth Wisdom, lessons on economy and neurology collide; revealing that true resilience begins with a connected, healthy mind.

A Series of Plot Twists

A day full of unexpected turns becomes a reminder to embrace life’s plot twists with humor, grace, and gratitude; because detours make the best stories.

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy. 

The Waiting Room of Life

There are few things in life that test our character more than waiting. Not the kind of waiting where you’re stuck in traffic with your favorite playlist on, but the heavy kind; waiting without certainty. The waiting that weighs on you because you don’t know if it will end tomorrow, next month, or next year. I’ve been thinking a lot about this today because something big just wrapped up. A long-awaited promise was finally fulfilled. And in the process, I witnessed firsthand how differently people behave when placed in the uncomfortable chair of “ the waiting room of life. ” Imagine a waiting room where everyone has been told their name will be called someday, maybe soon, maybe late. You’d see at least two kinds of people. Some people sit quietly, open a book, maybe start a new project on the side while glancing occasionally at the clock. They don’t need to narrate their suffering to the entire room.  They choose dignity over drama.  They know that patience doesn’t have to be ...

Perawatan wajah dan cerita masa muda

Andaikata blog dan social media saya punya semacam FAQ (Frequently Asked Question, alias pertanyaan yang paling sering ditanyakan), sudah pasti di urutan pertama akan bertengger pertanyaan: "Pakai produk perawatan wajah apa?"  Banyaaaakkk banget follower instagram / facebook / twitter saya yang nanya gitu, dan minta saya mengulasnya. Saya bilang sabar, tunggu tanggal mainnya. Tapi sebelum saya jawab pertanyaan itu, saya mau mengenang masa muda dulu ah..  Jadi begini cucuku... Waktu pertama kali ngeblog 15 tahun lalu , usia saya masih 21 (yak silakan dihitung usia saya sekarang berapa, pinterrrr). Jadi jangan heran kalo gaya bahasanya masih 4I_aY 4b3zzz.. (eh ga separah itu juga sih, hehe). Tapi ekspresi nulisku di masa-masa itu masih pure banget, nyaris tanpa filter. Jadi kalo dibaca lagi sampai sekarang pun masih berasa seru sendiri. Kayak lagi nonton film dokumenter pribadi. Kadang bikin ketawa ketiwi sendiri, kadang bikin mikir, kadang bi...

Waiting and Celebrating

This morning was wonderfully slow, the kind of slow where time doesn’t feel wasted but savored. Everyone in the house had their own lazy rhythm. No alarms, no rush, just soft hours unfolding. By two in the afternoon, we finally left for Pondok Gede to check our first house.  We had it lightly renovated: The old, tired canopy was taken down, so the two-story house could breathe and look elegant again. The walls and fence got a fresh coat of white paint, giving it that “new beginnings” look. The cracked tiles were replaced, no more tripping hazards waiting for unsuspecting guests. The windows were repainted, catching a bit of shine when the sun hits. House for sell or rent, near Mall Pondok Gede. Contact here. Now it’s neat, clean, and... how do I say this... ready to meet its "jodoh".  Although we don’t know yet if the match is a buyer or a tenant. Should we sell it? Should we rent it out? We don’t have the answer yet. And for someone like me, uncertainty is both fascinating a...

Right Place Right Time

A day of divine timing, chance reunions, and perfect coincidences.