Skip to main content

Affordable Artwork + GIVEAWAY




Beberapa bulan lalu saya baru aja selesai renovasi rumah. Awalnya sih cuma buat benerin atap bocor, tapi ya biasalah jadi merembet kemana-mana: segala ganti ubin, bobok dapur, sampai rombak kamar. Maklum deh, terakhir kali renovasi itu pas si bontot baru masuk TK, cat seluruh rumah yang sudah penuh dengan coretan anak :D Sekarang si bontotnya aja udah kelas 3 SD coba :))

Karena barang2 digeser2 dan ditata ulang, jadi ada beberapa bagian dinding yang kosong. Kok kayaknya cakep nih kalo diisi artwork, lukisan atau hiasan apa gitu. Karena dalam diri saya tidak mengalir darah seni (adanya cuma air seni), jadi nggak mungkinlah dipaksain ngelukis sendiri. Si sulung jago gambar sih, tapi karena saya butuhnya gambar ukuran besar jadi belum ada yang bisa dipakai.

Saya sempet cari-cari di pinterest inspirasi artwork yang menarik, sayangnya referensi yang diberikan kebanyakan dari situs luar negeri. Kepingin beli, tapi ongkos kirimnya mihilll. Belum tentu aman juga sampai sini. Sempet mikir juga apa contek aja ya, eh tapi itu kan pembajakan, hahaha. Untunggg saya dikenalkan dengan website Spasium oleh foundernya, Jay. Kami sempat ngobrol santai di cafe dan saya jadi tau lebih banyak tentang Spasium.

Apa itu Spasium?



Jadi, Spasium itu platform yang menyediakan affordable artworks dari seniman-seniman terpilih Indonesia.
Artworks tersedia dalam format ready to hang dengan limited copy. Maksudnya ready to hang itu sudah siap pasang, tinggal gantung aja di dinding. Kita cukup pilih artworknya mau berupa canvas ataupun frame sesuai selera. Semua karya yang dijual di Spasium ini adalah karya seniman Indonesia, jadi ada artisnya ya, BUKAN cuma beli image bebas di online terus diproduksi ulang gitu. Semua bahan, material dan konstruksi dipilih yang durable.

Buat saya yang termasuk early stage of art collector, Spasium ini memudahkan dan menghemat waktu banget. Nggak perlu repot2 datengin gallery seni satu persatu. Tinggal klak klik online, pilih2 barangnya, bayar, terus duduk manis di rumah tunggu barangnya datang aja :) Harganya juga lebih terjangkau, jauh lebih affordable dibanding gallery, tapi tetap terjaga eksklusifitasnya karena limited copy, BUKAN mass product seperti yang ada di toko-toko.

. "Look deep into nature, and then you will understand everything better." - Albert Einstein Wallart title: MT. FUJI 1 By Spasium feat. Joshua Irwandi @joshirwandi Each works are licensed and available in limited copies. Link on bio. . ----- . Joshua Irwandi is a photographer based in Jakarta, Indonesia. He was former museum staff at the Asmat Museum of Culture and Progress, Agats-Asmat, West Papua. A former Kompas and The Times of London photo intern, in 2014 he was an attendant for the New York Times Portfolio Review, Adam Broomberg-Oliver Chanarin workshop, Magnum AGM Masterclass, VII Photo Masterclass, and Eddie Adams XVII Workshop. In 2015, he was awarded runner up for Burn Magazine Emerging Photography Fund for Young Talent. . ----- . Learn more about his works at www.spasium.com . . #spasium #wallart #artwork #artprint #modern #photography #conceptualphotography #minimalist #frame #canvas #minimalmood #architecture #architectural #nature #interior #homedecor #homedecoration #homeassecories #interiordesign #interiorassecories #artforliving #joshuairwandi #interiorinspiration #homeliving #homeinspiration #hiasandinding #pajangandinding #artworkonline
Sebuah kiriman dibagikan oleh SPASIUM (@spasium) pada


. "In the animal kingdom, the rule is, eat or be eaten; in the human kingdom, define or be defined." - Thomas Szasz Wallart title: DIERENTUIN 5 By Spasium feat. Ika Putranto @ikaputranto Available now in Spasium, each works are licensed and limited copies. Link on bio. . ---- . Ika Putranto is an artist and illustrator from Indonesia, currently work and base in The Netherlands. She earned her master degree in Fine Arts from MaHKU, The Netherlands, and had exhibited her works in Indonesia, The Netherlands, Italy, and South Korea. Her work conveys melancholic aesthetic with classical style, and she believes that deep conceptual research can be presented in poetical way. She works with water colour, acrylic, embroidery, found object and a touch of video art. . . #spasium #wallart #artwork #artprint #modern #graphicart #minimalist #frame #canvas #minimalmood #drawing #watercolor #architecture #creative #interior #homedecor #homedecoration #homeassecories #interiordesign #interiorassecories #readytodisplay #limitededition #artforliving #ikaputranto #interiorinspiration #homeliving #homeinspiration #hiasandinding #pajangandinding #artworkonline
Sebuah kiriman dibagikan oleh SPASIUM (@spasium) pada

Harganya?

Art nggak selalu identik dengan mahal kok! Di Spasium ini tetep bisa dapat art yang exclusive (nggak pasaran) dengan harga masih terjangkau. Price range di Spasium cukup beragam menyesuaikan dengan bahan dan ukuran artwork yang kita mau, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Cuma satu masalah saya belanja di Spasium ini: karena pilihannya banyaakkk banget dan bagus bagussss, jadi bingung milih yang mana, rasanya pengen semua, hahahaha. Tapi saya spesifik cari yang warna biru laut dan biru langit sih, supaya ada nuansa Maldives dan Santorini di rumah, hehe. Kebetulan bulan lalu habis liburan sekeluarga dii Maldives, dan saya punya mimpi bangun rumah bernuansa Santorini :)) Terus saya pilih yang canvas simply because di rumah udah banyak yang frame aja. Jadi akhirnya saya pilih kedua artworks di atas deh, dan setelah dipasang seperti ini nih... 




Artworks itu sesuatu yang valuable, nggak bisa dilihat fisik atau medianya aja (cuma print / cuma cat / cuma foto / cuma gambar). Artworks is something beyond that karena merupakan buah kreasi dan pemikiran orang-orang kreatif. Jadi buat saya harga segitu buat karya seni bisa dibilang affordable, apalagi bisa dinikmatinya tiap hari.

Terlebih lagi, misi Spasium ini mendorong perkembangan talent-talent kreatif Indonesia di bidang art. Jadi dengan apresiasi art yang meningkat di masyarakat, diharapkan talent kreatif ini bisa lebih percaya diri untuk berkarya lebih jauh.

Saya sendiri membayangkan putri pertama saya yang sangat berbakat dan passionate di bidang art ini memilih jalur art untuk berkarir, jadi senang rasanya kalau bisa ikut saling membantu dalam mengapresiasi art for our future generation.



GIVEAWAY!!

Pingin punya artworks dari Spasium juga? Simak syaratnya ya:
Follow instagram @spasium dan @nuniektirta dan jawab pertanyaan di posting instagram @nuniektirta yang ini: 


Hadiahnya?
Voucher discount 50% untuk pembelanjaan artwork di Spasium (berlaku untuk semua artwork, tanpa minimal transaksi!) untuk 30 orang pertama yang menjawab dengan benar dan memenuhi syarat di atas. 


Penutupan giveaway akan diumumkan di akun instagram @nuniektirta jika jumlah pemenang sudah mencapai quota. 

Good luck!



Popular posts from this blog

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

What's the point of wealth?

At Permata Wealth Wisdom, lessons on economy and neurology collide; revealing that true resilience begins with a connected, healthy mind.

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy. 

A Series of Plot Twists

A day full of unexpected turns becomes a reminder to embrace life’s plot twists with humor, grace, and gratitude; because detours make the best stories.

Staycation, Wedding Edition

A simple staycation turns magical; with seaside noodles, wedding joy, hotel robots, and small surprises that quietly reset the soul.

Perawatan wajah dan cerita masa muda

Andaikata blog dan social media saya punya semacam FAQ (Frequently Asked Question, alias pertanyaan yang paling sering ditanyakan), sudah pasti di urutan pertama akan bertengger pertanyaan: "Pakai produk perawatan wajah apa?"  Banyaaaakkk banget follower instagram / facebook / twitter saya yang nanya gitu, dan minta saya mengulasnya. Saya bilang sabar, tunggu tanggal mainnya. Tapi sebelum saya jawab pertanyaan itu, saya mau mengenang masa muda dulu ah..  Jadi begini cucuku... Waktu pertama kali ngeblog 15 tahun lalu , usia saya masih 21 (yak silakan dihitung usia saya sekarang berapa, pinterrrr). Jadi jangan heran kalo gaya bahasanya masih 4I_aY 4b3zzz.. (eh ga separah itu juga sih, hehe). Tapi ekspresi nulisku di masa-masa itu masih pure banget, nyaris tanpa filter. Jadi kalo dibaca lagi sampai sekarang pun masih berasa seru sendiri. Kayak lagi nonton film dokumenter pribadi. Kadang bikin ketawa ketiwi sendiri, kadang bikin mikir, kadang bi...

The Waiting Room of Life

There are few things in life that test our character more than waiting. Not the kind of waiting where you’re stuck in traffic with your favorite playlist on, but the heavy kind; waiting without certainty. The waiting that weighs on you because you don’t know if it will end tomorrow, next month, or next year. I’ve been thinking a lot about this today because something big just wrapped up. A long-awaited promise was finally fulfilled. And in the process, I witnessed firsthand how differently people behave when placed in the uncomfortable chair of “ the waiting room of life. ” Imagine a waiting room where everyone has been told their name will be called someday, maybe soon, maybe late. You’d see at least two kinds of people. Some people sit quietly, open a book, maybe start a new project on the side while glancing occasionally at the clock. They don’t need to narrate their suffering to the entire room.  They choose dignity over drama.  They know that patience doesn’t have to be ...

How Do You Raise a Kid Who Doesn’t Need Raising?

A reflection on parenting teens: learning to step back, trust their wings, and find peace in watching your children grow into who they’re meant to be.
[gallery] Kakek tua ini mondar mandir menjajakan tisu kepada semua orang yang sedang menunggu di Halte Stasiun UI. Tongkat besi membantu langkah kakinya yang hitam keriput. Saya tidak butuh tisu, tapi saya punya selembar duaribuan. Ya bolehlah, siapa tau nanti butuh. Saya berikan lembaran itu, dia serahkan satu bungkus tisu. Kemudian dia duduk persis di samping saya. Menaikkan kaki, merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian… Memantik api dan menyalakan sebatang dji sam soe. Aduh kakek, jadi capek2 jualan uangnya buat dibakar ngerusak tubuh doang? Rabu, 24 Februari 2015 Universitas Indoesia Nuniek Tirta