Skip to main content

Home Sweet Home

Buat yang sering baca blog ini atau
tumblr saya mungkin sudah tau ya, kalo tema utama hidup saya di tahun 2014 adalah journey to find peace of mind,
alias perjalanan untuk menemukan kedamaian pikiran. 

Puji Tuhan, melalui serangkaian doa dan
usaha, akhirnya saya bisa mencapai kedamaian pikiran. Dalam perjalanan saya
menemukan kedamaian pikiran itu saya belajar bahwa kunci utamanya ada tiga:
rasa syukur (gratitude), penerimaan (acceptance), dan kesadaran diri (mindfulness). 

Setelah tercapai kedamaian pikiran, apa
yang saya rasakan? Tentu saja rasa bahagia (happiness) dan puas (content).
Kontras dengan tahun 2013 di mana kebutuhan saya untuk me-time keluar rumah
dengan cara solo travelling sangat tinggi, tahun 2014 & 2015 saya malah
tidak membutuhkan sama sekali. Setiap traveling selalu bersama pasangan atau keluarga, dan saya bahagia.  

Mungkin benar kata Seth Godin ini: “Instead of wondering when your next vacation is, maybe you should set up a life you don’t need to escape from.”

image

Yup, setelah menemukan kedamaian
pikiran, saya mampu untuk menata ulang prioritas & tujuan hidup, dan tidak merasa perlu untuk “kabur” ke sana ke mari sendiri lagi. Saya benar2 senang dan bahagia dengan hidup saya sekarang ini. Malah
kadang saya merasa terlalu nyaman :) 

Salah satu kebiasaan yang ikut berubah
adalah, kalau dulu preferensi dan prioritas belanja adalah untuk kesenangan
pribadi seperti beli baju & sepatu, sekarang lebih senang belanja untuk
keperluan keluarga seperti pernak pernik untuk mempercantik rumah. 

Salah satu situs online favorit saya
untuk mempercantik rumah adalah Printerous, karena semua bisa dibuat
custom (misal: bikin casing pake foto selfie sendiri!). Produknya juga banyak
banget. Nggak cuma home decors aja, tapi juga ada Stationaries, Cases &
Skin, dan Wearables. Kalo males pakai foto atau desain sendiri, bisa pesan desain orang lain juga dan bisa dipilih sesuai tema: illustration, photography, typografi, baby & kids, alphabets, black & white, quotes, pattern, people, food & drinks, pop surrealism, religion, landscape/nature. Banyak banget kan? 

image


Menjelang Natal ini saya pesan cushion
bertema Natal, lucu2 bangettt! Gawattt, bisa kalap. Tapi nggak apa2 juga sih
mumpung diskon, hehehe. Oya kalau mau dapet diskon juga pake kode saya aja
:) Gunakan kode “NUNIEK20” untuk
mendapatkan diskon 20% di 
http://www.printerous.com/christmas untuk pembelian semua produk sampai tanggal 16 Desember 2015. 


Happy
hunting, and make your home sweet home! 

Comments

Popular posts from this blog

Sunday at IdeaFest: Purbaya, Agak Laen!

A full day at IdeaFest 2025 with Agak Laen, Purbaya, Ben Soebiakto and Bilal Faranov. Laughter, insight, and creativity everywhere.
[gallery] Kakek tua ini mondar mandir menjajakan tisu kepada semua orang yang sedang menunggu di Halte Stasiun UI. Tongkat besi membantu langkah kakinya yang hitam keriput. Saya tidak butuh tisu, tapi saya punya selembar duaribuan. Ya bolehlah, siapa tau nanti butuh. Saya berikan lembaran itu, dia serahkan satu bungkus tisu. Kemudian dia duduk persis di samping saya. Menaikkan kaki, merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian… Memantik api dan menyalakan sebatang dji sam soe. Aduh kakek, jadi capek2 jualan uangnya buat dibakar ngerusak tubuh doang? Rabu, 24 Februari 2015 Universitas Indoesia Nuniek Tirta

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

What Happens When You Dare to Ask?

From a random DM to a mentoring journey and unexpected blessings, this story shows the real meaning behind “Ask, and it will be given to you.”

What If the Best Things in Life Aren’t Things at All?

From unboxing a new iPhone 17 pro to savoring wagyu and deep talks with friends, I realized real happiness comes from experiences, not things.

Why Love Never Fails?

A reflection on excellence, love, and transformation. How the year’s trials became lessons in divine refinement.

Can Growth Ever Be Truly Mutual?

Reflections from Simbiosis Bisnis 2025; on true collaboration, comfort zones, and finding mutual growth in business and life.

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy. 

When a School Feels Like a Nation

A school cultural festival that celebrates diversity, tradition, and the joy of learning together.