Skip to main content

4 Kunci Kewarasan Pribadi Menghadapi Pandemi

 

A picture containing table, meal, dining table

Description automatically generated


“If you can’t change the situation, change how you think and react about it.”

Prinsip itu saya pegang banget selama menghadapi pandemi setahun ini, sejak Maret 2020 sampai sekarang, April 2021. Bahwa kita ngga bisa mengubah situasi pandemi covid19 yang mewabah sedunia, karena hanya Tuhan yang tau rencana-Nya. Yang bisa kita ubah ya gimana cara pandang kita dan cara kita bereaksinya aja.

Di masa-masa awal sempat tuh “gegar budaya”, karena aktivitas harian berubah total kan. Ada juga masa di mana saya merasa exhausted terkurung  #dirumahaja. Kalau sudah begitu, biasanya saya akan kembali mengingat prinsip di atas. Kemudian, yang saya lakukan adalah menjalankan 4 kunci kewarasan menghadapi pandemi yang saya ramu secara pribadi di bawah ini:


  1. Buat jadwal kegiatan harian.

Di masa-masa yang penuh ketidakpastian, menciptakan kepastian setidaknya untuk diri sendiri bagi saya cukup ampuh untuk menenangkan. Ini bisa dengan mudah dimulai dengan membuat jadwal harian. Kapan waktu bangun tidur, berdoa dan lectio divina, sarapan sama suami, makan siang & makan malam bareng keluarga, kerja/kuliah, bikin konten, me-time (gardening, baca buku), bonding dengan keluarga, pacaran sama suami, hingga tidur, semua saya buat jadwalnya. Implementasinya tidak harus selalu saklek sesuai jadwal, fleksibel saja sesuai kondisi dan suasana. Namun setidaknya, dengan memiliki jadwal harian, saya merasa hidup saya jadi lebih teratur iramanya dan lebih jelas ekspektasinya. 



  1. Jalani hobi.

Punya hobi dan punya waktu untuk menjalankannya sih super penting banget, kayaknya saya bisa gila kalau ngga punya hobi selama pandemi 😊 Hobi saya dari dulu adalah membaca buku (non-digital) dan menulis. Selama pandemi ini, hobi saya nambah satu lagi: berkebun! Yes, dari yang dulu punya kaktus aja mati, bahkan ngga bisa bedain kaktus dengan sukulen, sekarang saya malah punya dan bisa melihara 500an tanaman di halaman depan dan belakang! Ngga hanya sampai di situ, saya bahkan jadi bikin startup baru PlantStory.com yang memfasilitasi para pecinta tanaman untuk mendapatkan informasi, materi dan promosi segala hal yang berkaitan tentang tanaman.


A person smiling next to a potted plant

Description automatically generated with low confidence


  1. Waktu berkualitas dengan pasangan dan keluarga.

Satu hal yang amat sangat saya syukuri berkat pandemi adalah: saya bisa mewujudkan mimpi membangun mezbah Tuhan di tengah keluarga, setiap hari! Sebelum pandemi, biasanya kami hanya bisa benar-benar berkumpul untuk berdoa dan ngobrol sambil makan itu hanya seminggu sekali, yaitu setelah ibadah mingguan. Berkat pandemi, kami jadi ada waktu untuk berdoa, ngobrol dan makan bersama bukan hanya setiap hari, tapi minimal dua kali sehari! Yes, kami berkomitmen untuk berkumpul bersama dalam meja makan setiap jam 12 siang dan 6 sore. Jika salah satu dari kami berhalangan, maka akan mengabari supaya jadwal makan bisa disesuaikan. Waktu berkualitas ini benar-benar membangun kedekatan kami dengan Tuhan dan dengan sesama anggota keluarga. Sebab, saya dan suami sebagai orang tua tidak hanya berkomunikasi satu arah. Namun justru, kami secara aktif mendengarkan. Sebisa mungkin kami hanya memberikan nasihat jika diminta atau dirasa sangat perlu. Dan biasanya bukan dalam bentuk wejangan berat apalagi perintah, melainkan diskusi terbuka. Maka, topik seberat apapun akan bisa mencair dengan obrolan santai di meja makan. Setelah makan malam, biasanya saya dan suami nonton bareng di ruang keluarga, sambil saya repotting tanaman. Lalu jam 9 malam masuk kamar, dan pillow talk sebelum tidur.





  1. Make Yourself Feel Good

Ini kalo diterjemahin ke bahasa Indonesia kok jadi kaku banget ya: buatlah dirimu merasa baik. Sebenernya sih kalo buat saya, terjemahan yang lebih tepat adalah: buatlah dirimu merasa nyaman. Nyaman dalam menjalani aktivitas sehari-hari buat saya wajib banget dimulai dari memilih pakaian dalam yang tepat. Kalau kamu sudah follow saya sejak bertahun-tahun lalu, mungkin sudah tahu prinsip saya dalam berpakaian: lingerie is the key 🗝🔑  Saya ngga terlalu riwil dalam memilih baju luaran, yang penting modelnya saya suka, bahannya ngga panas, dan harganya pantas. Tapi untuk urusan baju dalam khususnya lingerie, bisa dibilang saya picky sekali 😉 Soalnya, baju luaran sebagus apapun, kalo ngga ditunjang dengan pakaian dalam yang tepat, bakal bikin kita ngga nyaman kan. Apalagi kalau ngga pakai baju luaran, hehehe… 

  




Salah satu dari sedikit brand lingerie yang saya suka dan lolos seleksi closet saya adalah Pierre Cardin Lingerie. Mereka punya banyaakkk pilihan model sesuai kebutuhan, dan bahan-bahannya juga nyaman. Salah satunya Seamless Wireless Bra alias bra seamless tanpa kawat. Saya udah bertahun-tahun lalu udah ngga pernah lagi pakai bra berkawat, karena rasanya sesak dan berat. Nah Seamless Wireless Bra dari Pierre Cardin ini ringan, dan modelnya tuh bisa kayak nutupin lemak-lemak di bawah ketiak gitu, karena model di pinggir lingkar badannya tinggi dan lebar. Kalo belum kebayang, kayak gini loh 😊 


A picture containing indoor

Description automatically generated


Dan bener banget sesuai yg tertulis di labelnya: “A little trick to look good and feel relaxed everyday”. Soalnya kalo pake seamless wireless bra Pierre Cardin Lingerie ini bikin kita tetap terlihat menarik sekaligus merasa nyaman setiap hari. Ngga keliatan tuh tonjolan ketiak yang ngga sedap dipandang, dengan desain seamless construction to provide support. Jadi kalo pake bra ini tuh lemaknya ngga berontak, hehehe… ada tali yang bisa disesuaikan penutup kait belakang juga. 


A picture containing text, indoor

Description automatically generated


Itu untuk ‘asset’ atas. Nah untuk ‘asset’ bawah, saya juga suka banget lace panty  Pierre Cardin. Biasanya saya kan kesulitan cari lace panty yang fancy tapi tetap nyaman dipakai sehari-hari. It’s either fancy but you use it for pleasure only, or it’s cozy you can use it daily. And now I don’t have to choose only one, because I could get fanciness and comfort at the same time while wearing Pierre Cardin’s lace panty. 


Graphical user interface

Description automatically generated with medium confidence


Enaknya lagi, kita ngga perlu ke luar rumah untuk dapetin produk-produk Pierre Cardin Lingerie ini. Soalnya, semua bisa dibeli di website www.pierrecardinlingerie.id 😊 Selalu ada koleksi menarik dan promo di sana, coba cek aja berkala supaya tau ada apa lagi nih yang baru. 


Graphical user interface, application, website, Teams

Description automatically generated


Daaannn, karena kamu baca blog ini, kamu bisa dapetin potongan harga 50 ribu dengan belanja minimal 250 ribu! Jangan lupa masukin kode vouchernya ya: NuniXPC . Tapi buruan, soalnya hanya berlaku hingga 4 Mei 2021 ini 😉 


 A picture containing text

Description automatically generated


Mengutip kata-kata sahabat semasa kuliah yang dia tulis di buku diary saya: “Doing good begins with feeling good. Feeling good begins with looking good!’ Semoga a little trick to look good an feel relaxed everyday dengan mengenakan Seamless Wireless bra dari Pierre Cardin ini bisa membantu kamu menjalani hari-hari selama pandemi lebih ringan lagi, dan tetap terjaga kewarasannya seperti saya ya 😊 Amin! 




Popular posts from this blog

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

Staycation, Wedding Edition

A simple staycation turns magical; with seaside noodles, wedding joy, hotel robots, and small surprises that quietly reset the soul.

What's the point of wealth?

At Permata Wealth Wisdom, lessons on economy and neurology collide; revealing that true resilience begins with a connected, healthy mind.

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy. 

A Series of Plot Twists

A day full of unexpected turns becomes a reminder to embrace life’s plot twists with humor, grace, and gratitude; because detours make the best stories.

Perawatan wajah dan cerita masa muda

Andaikata blog dan social media saya punya semacam FAQ (Frequently Asked Question, alias pertanyaan yang paling sering ditanyakan), sudah pasti di urutan pertama akan bertengger pertanyaan: "Pakai produk perawatan wajah apa?"  Banyaaaakkk banget follower instagram / facebook / twitter saya yang nanya gitu, dan minta saya mengulasnya. Saya bilang sabar, tunggu tanggal mainnya. Tapi sebelum saya jawab pertanyaan itu, saya mau mengenang masa muda dulu ah..  Jadi begini cucuku... Waktu pertama kali ngeblog 15 tahun lalu , usia saya masih 21 (yak silakan dihitung usia saya sekarang berapa, pinterrrr). Jadi jangan heran kalo gaya bahasanya masih 4I_aY 4b3zzz.. (eh ga separah itu juga sih, hehe). Tapi ekspresi nulisku di masa-masa itu masih pure banget, nyaris tanpa filter. Jadi kalo dibaca lagi sampai sekarang pun masih berasa seru sendiri. Kayak lagi nonton film dokumenter pribadi. Kadang bikin ketawa ketiwi sendiri, kadang bikin mikir, kadang bi...

The Waiting Room of Life

There are few things in life that test our character more than waiting. Not the kind of waiting where you’re stuck in traffic with your favorite playlist on, but the heavy kind; waiting without certainty. The waiting that weighs on you because you don’t know if it will end tomorrow, next month, or next year. I’ve been thinking a lot about this today because something big just wrapped up. A long-awaited promise was finally fulfilled. And in the process, I witnessed firsthand how differently people behave when placed in the uncomfortable chair of “ the waiting room of life. ” Imagine a waiting room where everyone has been told their name will be called someday, maybe soon, maybe late. You’d see at least two kinds of people. Some people sit quietly, open a book, maybe start a new project on the side while glancing occasionally at the clock. They don’t need to narrate their suffering to the entire room.  They choose dignity over drama.  They know that patience doesn’t have to be ...

Waiting and Celebrating

This morning was wonderfully slow, the kind of slow where time doesn’t feel wasted but savored. Everyone in the house had their own lazy rhythm. No alarms, no rush, just soft hours unfolding. By two in the afternoon, we finally left for Pondok Gede to check our first house.  We had it lightly renovated: The old, tired canopy was taken down, so the two-story house could breathe and look elegant again. The walls and fence got a fresh coat of white paint, giving it that “new beginnings” look. The cracked tiles were replaced, no more tripping hazards waiting for unsuspecting guests. The windows were repainted, catching a bit of shine when the sun hits. House for sell or rent, near Mall Pondok Gede. Contact here. Now it’s neat, clean, and... how do I say this... ready to meet its "jodoh".  Although we don’t know yet if the match is a buyer or a tenant. Should we sell it? Should we rent it out? We don’t have the answer yet. And for someone like me, uncertainty is both fascinating a...

Right Place Right Time

A day of divine timing, chance reunions, and perfect coincidences.