Skip to main content

Nebeng ala GrabHitch

Pernah nebeng? Atau ditebengin? Asik sih ya, kalo ada temen ngobrol di jalan, jadi nggak bete kalo macet2an. Dan hemat juga kan, plus mengurangi kemacetan.

Dulu saya sering banget nebeng tetangga yang kebetulan cucunya satu sekolah sama anak saya. Beliau sih seneng2 aja ditebengin, tapi saya kadang nggak enak juga.

Soalnya kan saya udah bikin rutenya jadi agak panjang dikit karena beliau nganterin sampai jalan rumah saya. Sedangkan kalau mau dikasih uang bensin kok ya rasanya gimana gitu.

Nah tadi saya baru aja ketemuan sama sahabat2 saya, Antie dan Detha. Antie cerita, sekarang dia sering nebeng pulang kantor sama temennya yang join aplikasi GrabHitch.





Apa tuh GrabHitch? Saya penasaran.


Jadi GrabHitch (Nebeng)  itu layanan ride-sharing yang mempertemukan teman tebengan yang tujuannya searah. Harganya juga flat, jadi bisa lebih murah. Dan yang nebengin bisa dapet uang bensin tambahan, tentunya.


Yang lebih penting sih sebenernya dengan nebeng ala GrabHitch ini, baik yang nebeng maupun yang ditebengin untuk memperluas jaringan sosial. Sambil nebeng sambil kenalan, siapa tau jadi rekanan, atau berakhir di pelaminan  (asal jangan jadi selingkuhan #eh) #eaaa


Cara bookingnya dari aplikasi Grab, dengan nentuin titik lokasi jemput dan antar, trus bisa tentuin jadwal perjalanannya dari 30 menit sampai 7 hari sebelumnya.


Habis itu server Grab bakal nerusin permintaan tebengan ke teman tebengan yang melakukan rute perjalanan yang sama. Teman tebengan bakal terima  notifikasi via SMS juga dari aplikasi Grab setelah teman tebengan terima pemesanan.


Kalo lupa gimana? Oh, ternyata ada remindernya juga, yang dikirimin ke teman tebengan 30 menit sebelum jam keberangkatan. Kita juga bisa melakukan beberapa pemesanan sekaligus di waktu yang sama.


Kata temannya teman tebengan Antie, dia juga senang dapat teman ngobrol dan uang tambahan. Daripada kursinya kosong juga kan. Sekalian ngebantu pemerintah ngurangin kemacetan.


Wah andai GrabHitch ini udah ada dari dulu, saya pasti nggak pake nggak enakan lagi kalo nebeng sama tetangga saya itu. Kan sama2 menguntungkan tanpa sungkan :)


Kalau mau ikutan GrabHitch bisa daftar di sini: http://bit.ly/GrabHitchID


Kalo udah ikutan, boleh dong share pengalamannya di sini :)


Selamat nebeng!

Comments

Dwina said…
Kyk nebengers dulu kali ya, mba? Tp dl ga pk app.
Kl pake app gini jadi lbh enak ya. Ada remindernya. Lbh jelas juga siapa yg ikut nebeng.
Tira Soekardi said…
oh gitu ya, biar ada teman ngobrol, cuma kalau aku takutnya kalau nunggu yang dgnya ke tempat telambat
Iya mbak kayak nebengers

Popular posts from this blog

Sunday at IdeaFest: Purbaya, Agak Laen!

A full day at IdeaFest 2025 with Agak Laen, Purbaya, Ben Soebiakto and Bilal Faranov. Laughter, insight, and creativity everywhere.
[gallery] Kakek tua ini mondar mandir menjajakan tisu kepada semua orang yang sedang menunggu di Halte Stasiun UI. Tongkat besi membantu langkah kakinya yang hitam keriput. Saya tidak butuh tisu, tapi saya punya selembar duaribuan. Ya bolehlah, siapa tau nanti butuh. Saya berikan lembaran itu, dia serahkan satu bungkus tisu. Kemudian dia duduk persis di samping saya. Menaikkan kaki, merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian… Memantik api dan menyalakan sebatang dji sam soe. Aduh kakek, jadi capek2 jualan uangnya buat dibakar ngerusak tubuh doang? Rabu, 24 Februari 2015 Universitas Indoesia Nuniek Tirta

Saya Nuniek Tirta, bukan ((hanya)) seorang Istri Direktur

Catatan penting: untuk mencapai pemahaman penuh, mohon klik dan baca setiap tautan.  Awalnya adalah pertanyaan . Membuahkan suatu jawaban .  Diposting di akun pribadi, seperti yang biasa saya lakukan sejak hampir 15 tahun lalu , bahkan sebelum Mark Zuckerberg membuat Facebook.  Jawaban yang juga autopost ke facebook itu menjadi viral, ketika direshare oleh lebih dari 20ribu orang, dengan emoticon lebih dari 38ribu, dan mengundang 700++ komentar. Kemudian menjalar liar, ketika portal-portal media online mengcopas ditambah clickbaits.  Tidak ada media yang mewawancara saya terlebih dahulu ke saya kecuali satu media yang menghasilkan tulisan berkelas dengan data komprehensif ini .   Well, ada juga yang sempat email ke saya untuk meminta wawancara, tapi belum sempat saya jawab, sudah menurunkan berita duluan selang sejam setelah saya posting foto di bustrans Jakarta .  Selebihnya... Tidak ada yang konfirmasi terlebih d...

What I Learned from Timothy Tiah - Founder of Nuffnang

Last Sunday when I entered VIP room at JWEF , I was introduced to this guy with his mini version boy on his lap, and his pretty wife with white top and red skirt. We had chit chat and he told me he’d be in Jakarta this Tuesday, and I told him that we’d have 57th #Startuplokal Monthly Meetup on Tuesday night.  To be really honest, only a very few did I know about him until he shared his amazing story on JWEF stage a few minutes later, and get inspired that I took note and now share this with you all.  Timothy Tiah founded Nuffnang with Cheo Ming Shen at 2006 when he was 22 years old, with 150k RM startup capital, partly borrowed from his father. He simply founded it because there’s nobody built it before, while the demand was actually there. The site was launched in February 2007. Sales ≠ cashflow On earlier years, although Nuffnang sales highrocketed, the cashflow was poor. At one point he only has 5k left in bank, while there were invoices need to be paid out urgently. He came to Hon...

What if peace had an address?

An early trip to Puncak leads to riverside calm, local kindness, and quiet joy. 

What Happens When You Dare to Ask?

From a random DM to a mentoring journey and unexpected blessings, this story shows the real meaning behind “Ask, and it will be given to you.”

What If the Best Things in Life Aren’t Things at All?

From unboxing a new iPhone 17 pro to savoring wagyu and deep talks with friends, I realized real happiness comes from experiences, not things.

Why Love Never Fails?

A reflection on excellence, love, and transformation. How the year’s trials became lessons in divine refinement.

Can Growth Ever Be Truly Mutual?

Reflections from Simbiosis Bisnis 2025; on true collaboration, comfort zones, and finding mutual growth in business and life.

When a School Feels Like a Nation

A school cultural festival that celebrates diversity, tradition, and the joy of learning together.