Posts

Showing posts from April, 2015

Sadar Alergi

Image
Minggu lalu saya jenguk adik bayi keponakan baru yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya hingga 17 tahun. Yes, setelah 17 tahun menikah sepupu kami baru dikaruniai anak. Meski usianya lebih banyak dari saya, namun sebagai ibu baru ia tak ragu bertanya kepada saya tentang pengalaman memiliki bayi mulai dari soal ASI hingga alergi. Saya ceritakan, kedua anak saya termasuk rentan alergi. Si kakak, sejak kecil sudah mengalami dermatitis atopik, yang ditandai dengan alergi pada pipi dan (maaf) pantat. Dia tidak bisa kena tumpahan air susu di pipinya, tak lama kemudian pasti merah-merah. Dan ruam pada pantatnya seringkali disebabkan oleh popok yang tidak diganti dalam jangka waktu 2-3 jam, atau alergi pada bahan diapers merk tertentu. Efeknya bagi kami orangtuanya tentu di biaya ekstra beli diapers dengan harga lebih mahal :D Sedangkan si adik lebih parah lagi, pada 1 tahun pertama dia tidak bisa menerima asupan susu selain ASI. Saking parah alerginya, ia pernah muntah-muntah hingga harus di...
[gallery] Dalam ilmu psikologi, ada yang namanya distorsi kognitif, yaitu berpikiran secara berlebihan dan tidak rasional. Ada 12 macam definisi distorsi kognitif, salah satunya adalah loncatan kesimpulan: membuat penafsiran negatif, walaupun tidak ada fakta yang jelas mendukung kesimpulan tersebut. Misalnya ketika anak mengatakan “Saya tidak mau A karena B”, namun orang lain BERASUMSI bahwa “Saya tidak mau A karena ORANGTUA SAYA MENGAJARKAN B”. Padahal orangtuanya tidak pernah mengajarkan demikian dan anaknya juga tidak pernah berkata “orangtua saya yang mengajarkan demikian”. Sehari-hari, tanpa sadar kita sering sekali berasumsi dan mengambil kesimpulan sendiri. Hati-hati, karena asumsi sangat berpotensi menyakiti hati diri sendiri maupun orang lain. Apalagi jika berasumsi tentang orang terdekat karena MERASA bahwa kita telah lama mengenalnya. So next time we are attempted to make our own assumption, let’s try this crazy method called: asking....

Pilihan

Image
Pagi ini ada dua kejadian yang membuat saya berpikir. Pertama, saya ditelpon oleh ART yang sudah sebulan lebih pulang kampung, dia menanyakan kapan sebaiknya balik lagi. Saat ini sudah ada penggantinya meski pulang hari, tapi saya merasa sudah cukup nyaman dan dan terbantu. Kemarin juga ada orang lain lagi yang menawarkan diri untuk bekerja di sini. Kedua, saya dihubungi oleh giant company yang sangat serius mengajak bekerjasama. Sebelumnya ada giant company yang notabene adalah kompetitornya juga serius ingin bekerjasama. Dulu ketika telco besar mensupport komunitas kami, telco besar lainnya menyatakan “antri”. Sebelumnya, ketika mobile company besar mensponsori, mobile company raksasa lainnya mencoba “masuk” dengan berbagai cara. Saya jadi ingat pada saat kemarin saya butuh waktu lama untuk memilih baju mana yang hendak dipakai. Karena begitu banyaknya pilihan, selama kurang lebih 30 menit saya habiskan untuk bergonta ganti pakaian sebelum akhirnya memutuskan satu rok cantik baru ya...

Be Humble

Image
Pagi ini saat melakukan ritual Lectio Divina (membaca firman Tuhan secara reflektif), saya terpaku pada ayat Efesus 4:2 yang berbunyi: “Always be humble and gentle. Be patient with each other, making allowance for each other’s faults because of your love.” Ayat itu membuat saya merefleksikan diri, apakah saya sudah rendah hati, lemah lembut, dan sabar? Rasanya belum. Saya kadangkala tidak mau mengakui kekurangan saya dan menutupi kelemahan saya. Saya masih sering berbicara dengan nada meninggi dan mudah panik. Saya masih kekurangan stok kesabaran terutama ketika orang-orang terdekat melakukan kesalahan atau melanggar aturan. Dan masih banyak lagi. Intinya, dengan segala keterbatasan sebagai manusia, sepertinya saya masih jauh dari itu. Sesi saat teduh di Greenie Benzie itu saya lanjutkan dengan membaca buku Emotionally Healthy Spirituality yang ditulis Peter Scazzero . Lalu saya terpaku pada kalimat yang ada di halaman 178:
[gallery] Kapan itu ajak si anak kicil kriwil ini naik angkutan umum berdua aja. Di jalan dia tidur, pas sampai langsung bangun. Begitu turun dari angkot, dia tanya: “Mom, how does the driver know where we’re going?” “Because I told him to stop.” “But how does he know which way to go?” Oh iya ya dia kan belum diajarin konsep rute atau trayek angkutan umum :)) Kemudian pas turun dari bus trans jakarta, mommy bantu dia lompat. “Mom, I like traveling with you” “Oh, good to know. Why?” “Because you’re kind, helping me to jump. It’s like an adventure, so fun!” “Really? So you’re happy?” “Very much!” Ooohhh… *uyel2* #lifewithkids #supereasykid
[gallery] Celoteh si anak kicil kriwil pagi tadi. “Mom, I think tooth fairy is not real.” “Why?” “Because my wish is not coming true.” “What’s your wish?” “I wish I have my own bedroom with a bunk bed.” “Oh..” “Why Michelle’s wish came true but mine is not?” “I think because tooth fairy couldn’t lift heavy things such as bunk bed. Maybe you should change your wish to a lighter one.” “Like Lego?” “Hmm, yeah” “But Lego is expensive.” (Pause a while) “Oh, I know! Lego from Hoka Hoka Bento is not expensive!” *nyengir lebar* Oooooohhhhh *uyel2*
[gallery] Apa yang ditulis Pak Julianto Simanjuntak ini senada dengan yang dikatakan mama mertuaku saat kami ngobrol selama 2 jam di rumahku minggu lalu: anak bukan investasi. Artinya, didik dan besarkan anak tanpa pamrih. Beliau katakan, kewajibannya sebagai orangtua adalah membesarkan dan memberikan pendidikan terbaik hingga anak2nya menikah. Setelah itu anak silakan mencari rejekinya sendiri untuk keluarga barunya. Ajaran itu telah ditanamkan oleh ibundanya (eyang putri) sejak dulu. Eyang putri hingga tutup usia di 88 tahun masih aktif dan bisa menafkahi dirinya sendiri. “Selama mau bergerak (bekerja) pasti bisa makan kok”, itu petuahnya. Mamaku juga pernah bilang tidak mau menyusahkan anak, sebab itu mama papa berinvestasi untuk masa tuanya melalui sewa properti (rumah kontrakan). Itu juga dilakukan mama mertuaku. Suamiku Natali Ardianto selalu mengatakan: “Kita membalas jasa orangtua itu ke anak2 kita (membesarkan & mendidik sebaik2nya), karena kalau ke orangtua nggak akan per...