Pilihan

Pagi ini ada dua kejadian yang membuat saya berpikir.

Pertama, saya ditelpon oleh ART yang sudah sebulan lebih pulang kampung, dia menanyakan kapan sebaiknya balik lagi. Saat ini sudah ada penggantinya meski pulang hari, tapi saya merasa sudah cukup nyaman dan dan terbantu. Kemarin juga ada orang lain lagi yang menawarkan diri untuk bekerja di sini.

Kedua, saya dihubungi oleh giant company yang sangat serius mengajak bekerjasama. Sebelumnya ada giant company yang notabene adalah kompetitornya juga serius ingin bekerjasama. Dulu ketika telco besar mensupport komunitas kami, telco besar lainnya menyatakan “antri”. Sebelumnya, ketika mobile company besar mensponsori, mobile company raksasa lainnya mencoba “masuk” dengan berbagai cara.

Saya jadi ingat pada saat kemarin saya butuh waktu lama untuk memilih baju mana yang hendak dipakai. Karena begitu banyaknya pilihan, selama kurang lebih 30 menit saya habiskan untuk bergonta ganti pakaian sebelum akhirnya memutuskan satu rok cantik baru yang dipadupadankan dengan kemeja semi kebaya lama.

Pada skala yang lebih besar, dalam kurun waktu kurang dari sebulan sebelum saya hendak menikah, ada yang dengan serius mengajak saya untuk menikah pula. Pada kejadian lain, ada satu waktu di mana saya merasa tidak mampu menentukan pilihan, lalu membiarkan orang lain memutuskannya untuk saya, dan kemudian saya sendiri yang harus menanggung segala konsekuensinya.

Semua kejadian itu memiliki satu benang merah, yaitu: pilihan. Bahwa pilihan ada karena manusia diberi kebebasan dan kemampuan (untuk berpikir dan bertindak). Namun pilihan juga dapat menjelma menjadi sebuah ujian atau bahkan pencobaan, ketika godaan datang dari dalam diri kita sendiri.

Temptation comes from our own desires, which entice us and drag us away. (James 1:14)

Post a Comment

0 Comments