Karakteristik Perkawinan yang Berhasil (Bagian 2 dari 3)

Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya

12 Karakteristik Pernikahan yang Berhasil


5.      Commitment (Komitmen)

Pernikahanyang berhasil membutuhkan motivasi tingkat tinggi: keinginan untuk
mempertahankan perkawinan dan kemauan untuk meluangkan waktu dan usaha untuk
memastikan semuanya itu berjalan dengan baik. Komitmen, dibandingkan faktor
kepuasan atau investasi, merupakan prediktor terkuat sebuah persistensi
hubungan. Komitmen dianggap memiliki 3 komponen: niat untuk bertahan, kelekatan
psikologis, dan orientasi kognitif untuk berada dalam hubungan dalam jangka
panjang.

Salah
satu pertanyaan penting adalah, kepada siapa dan untuk apa komitmen itu?
Komitmen melibatkan tiga bagian:  

a.      Komitmen
diri sendiri
Ini
meliputi keinginan untuk bertumbuh, berubah, dan menjadi partner pernikahan
yang baik.
b.      Komitmen
satu sama lain
Ketika
mengucapkan janji pernikahan, setiap pasangan mengucapkan janji atau sumpah
terhadap satu sama lain.
c.      Komitmen
hubungan, pernikahan, dan keluarga
Komitmen
merupakan kemauan untuk mendukung “pertumbuhan yang sedang berlangsung dalam
suatu hubungan”. Ketika anak dilibatkan, komitmen melampaui hubungan pasangan,
tapi juga mencakup seluruh unit keluarga.


6.      Affection (Kasih
Sayang)

Satu
harapan penting dari hampir semua pasangan menikah adalah memenuhi kebutuhan
akan cinta dan kasih sayang. Kebutuhan ini bervariasi, tergantung dari cara
pasangan bersosialisasi. Beberapa orang memiliki kebutuhan lebih tinggiuntuk
keintiman emosional dibanding yang lain. Tapi kebanyakan orang berharap
kebutuhan akan kasih sayang dapat terpenuhi dari perkawinan. 

Kata-kata
yang mengekspresikan kehangatan, penghargaan, tindakan yang menunjukkan rasa
kasih, persetujuan, membangkitkan semangat, dan menaikkan kekuatan ego, sama
pentingnya dengan kontak fisik dan keintiman seksual.pasangan yang terlibat
dalam kehidupan pernikahan bahagia dalam jangka waktu panjang, seringkali
menunjukkan kekaguman terhadap pasangannya, dan menghargai pasangannya tanpa
mengambil begitu saja (take for granted).

7.      The Ability to Deal with Crises and
Stress
(Kemampuan Menangani Krisis dan Tekanan)

Masalah
adalah bagian dari kehidupan. Semua pasangan, baik yang pernikahannya berhasil
maupun gagal, mengalami masalah dan tekanan baik di dalam maupun di luar
hubungan mereka. Yang membedakan adalah, mereka yang pernikahannya berhasil,
mampu menangani masalah dengan cara kreatif.

Pasangan
yang berhasil dalam pernikahan juga memiliki toleransi yang lebih tinggi
terhadap rasa frustasi. Mereka belajar menangani amarah dengan cara yang lebih
sehat dan konstruktif, daripada menyalahkan anggota keluarga lain.

Stress
atau tekanan hadir dalam berbagai macam bentuk dan memainkan peranan kunci
dalam kepuasan perkawinan. Riset menunjukkan bahwa semakin stress lingkungan,
semakin tinggi tingkat perceraian pasangan, dan paparan kejadian yang penuh
tekanan berkaitan dengan meningkatnya agresi perkawinan.

8.      Responsibility (Tanggungjawab)

Tanggungjawab
melibatkan kemampuan untuk dapat diandalkan dalam konteks keluarga, yang juga
berarti memikul tanggung jawab untuk pemeliharaan keluarga.[8]
Keberhasilan perkawinan tergantung pada asumsi mutual, berbagi, dan pembagian
tanggungjawab  dalam keluarga.

Post a Comment

0 Comments