A Family Man

Photo of us by Sweet Escape

Di atas pesawat Garuda menuju Bintan 14 Desember lalu, aku nonton film yang awalnya bikin ketiduran, tapi di tengah sampai akhir sukses bikin nangis bombay. Random aja pilih film itu karena posisinya paling atas berdasarkan abjad, judulnya: A Family Man.  

Fair warning: the following post contains heavy spoiler. 

Pemeran utamanya Gerard Butler sebagai Dane, seorang kepala keluarga yang berprofesi sebagai headhunter. Istrinya Elise diperankan oleh Gretchen Mol, ibu rumah tangga dengan dua anak. 

Dane ini pekerja keras banget, ambisius ngejar target, dan mimpinya bisa memimpin perusahaan untuk mengalahkan kompetitornya. Sedangkan Elise ini sabar banget, keibuan, berdedikasi penuh untuk suami dan anak-anaknya. 

Saking workaholic, di rumah pun Dane selalu sibuk telpon untuk urusan kerjaan. Istrinya yang sabar itu sudah sering ingetin Dane untuk bisa lebih perhatian sama keluarga terutama anak-anaknya, paling nggak di hari-hari penting.

Pernah waktu Haloween, anak2nya udah excited nungguin bapaknya pulang buat pesta kostum. Ternyata Dane kerja lembur, so he missed it. Begitu masuk kamar dia pura2 tidur, istrinya pun protes. 

"Sometimes I feel that you're not really here. Even when you're here you're not really here. We're your family Dane. One day, you're gonna wish you had your time back. I love you, and it makes me sad. For you."

Puncaknya waktu Thanksgiving, sebagai tuan rumah Dane diminta untuk mimpin doa saat makan malam. Pas semua orang udah siap berdoa, tau2 telpon bunyi dan Dane langsung angkat terus pergi gitu aja dong ninggalin meja makan. 

Istrinya jelas kecewa dan negur dia di dapur. Dane nggak terima, selalu dengan alasan ini kan urusan kerjaan. Dane marah2 dengan nada tinggi sampai kedengeran ke semua orang  yang ada di meja makan, yang intinya: 

"Kalo kamu nggak terima aku kerja keras, yaudah kamu aja gih sana yang kerja. Siapin CV kamu dengan pengalaman 10 tahun urus anak, ahli potty training, playdates, pasti banyak deh yang mau hire kamu. Kamu pikir kit bisa bayar biaya berobat, makan,  baju yang kamu pake, itu uang dari mana?"

Istrinya nggak marah balik, nggak nangis bombay, cuma ngomong dengan kalem: 

"I'm sorry that you think I've taken you for granted. I know you work hard for us. And you're probably right, Dean. The job I could find would not Ed (Dean's boss - red) or you would consider worthwhile. My skills are not that anyone would consider bargainable.... but I know how to prioritize.

Terus ada kejadian yang bikin dunia Dane berputar 180 derajat: anak pertamanya yang berusia 10 tahun divonis menderita kanker. Di satu titik kritis, anaknya koma dan dokter bilang mungkin suara orangtuanya bisa membantu memicu anaknya untuk bangun lagi. Dean bilang: konyol banget sih, dunia kedokteran udah canggih masa nggak ada obatnya, cuma suara orangtua. Istrinya sambil nangis bilang:

"Shut up Dane. He's right. Kids need their parents, not just when they're sick. I just wished it didn't take him dying to get your attention."

Dane kemudian duduk merenung di bangku taman. Perawat yang ngurusin anaknya kebetulan lewat, dan mampir duduk di sebelahnya. Dia cerita, dia ngajak anaknya ngobrol waktu disuntik tulang sumsumnya, buat ngalihin perhatiannya dari rasa sakit. Dia nanya hal2 remeh temeh seperti hobi, makanan favorit, dll. Terus waktu dia tanya, "what's your favorite place in the world?" Jawabnya, "my house". Ditanya lagi, kenapa? Jawabannya...

"Di rumah ada tangga, kalo daddy pulang pasti kedengeran suaranya. Aku suka pura-pura gambar pas dia pulang, karena kalo lampu kamar masih nyala dia pasti masuk. Padahal aku cuma pengen liat dia aja. Pas dia pergi, wangi colognenya masih ada. It smells like dad. And it makes me feel... safe." 

Perawatnya bilang, "yaudah, cuma mau bilang gitu doang, rasanya penting deh buat kamu tau kalo kamu tuh bapak yang baik". Sebelum perawatnya balik, Dane tanya, "apa yang anakku bilang tentang pekerjaanku?" Jawabannya: "Help other dads get jobs, so they can take care of their families". Di situ Dane merasa terpukul, seperti ditampar bolak balik. 

Waktu Dane masuk kerja lagi, tau nggak apa yang dilakukan bosnya? Mecat dia. Iya, Dane dipecat dari kerjaannya, karena nggak mencapai target. Beberapa hari kemudian Dane baru ngaku ke istrinya kalo dipecat, reaksi istrinya: "Thank God!" terus mereka pelukan dan ketawa bareng. 

Endingnya sweet banget: Dane mimpin perusahaan sendiri, dan udah bisa memprioritaskan keluarga di atas pekerjaannya. Karena seperti kata Lou:

"Every family has issues.. But you only have one family."

Harus nonton sendiri sih buat tau cerita lengkap dan dapetin feelnya. Aku sampai nonton lagi pas perjalanan pulang dari Bintan ke Jakarta, 17 Desember. Tapi udah lebih pinter dong: pake  mirroring sunglasses biar nggak keliatan kalo nangis bombay lagi, hehehe. 

Tonton trailernya di sini: 



PS: Today, 29 December 2017, I'm welcoming my family man "home sweet home" !

Post a Comment

0 Comments