Keberhasilan Perkawinan

Saya sedang membaca buku Intimate Relationships, Marriages & Families karangan Mary Kay DeGenova ini sebagai bahan referensi tugas kuliah. 

image

Isi buku ini lengkap sekali, dan ilmunya penting untuk dibagi. Jadi daripada cuma tersimpan rapi di memori komputer saya, lebih baik saya share yaa… 

Dimulai dengan 4 kriteria yang mendefinisikankeberhasilan perkawinan, yaitu :  

1.      Durability (Daya Tahan)

Banyak orang mengatakan bahwa pernikahan yang bertahan lama lebih sukses daripada pernikahan yang bertahan sementara. Dalam banyak kasus, stabilitas pernikahan dan kualitas pernikahan berjalan seiring. Namun, lama atau tidaknya pernikahan tidak dapat dijadikan kualitas perkawinan secara keseluruhan, sebab banyak juga pasangan yang bertahan lama dalam perkawinan meskipun di dalamnya terdapat rasa frustasi, konflik, atau ketidakbahagiaan.

2.      Approximation of Ideals (Mendekati Cita-cita)

Cara lain mengevaluasi keberhasilan perkawinan adalah dengan melihat sejauh mana perkawinan mendekati cita-cita pasangan atau memenuhi harapan mereka. Kedua belah pihak memiliki konsep masing-masing mengenai hubungan yang ideal.

3.      Fulfillment of Needs (Mencukupi Kebutuhan)

Kriteria lain dalam keberhasilan perkawinan adalah dengan melihat apakah perkawinan itu memberikan kontribusi yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan individual, termasuk berikut ini:

  • Psychological needs (kebutuhan psikologis) – cinta, kasih sayang, persetujuan, dan pemenuhan diri.
  • Social needs (kebutuhan sosial) – pertemanan, persahabatan, dan pengalaman baru.
  • Sexual needs (kebutuhan seksual) – pemenuhan kebutuhan seksual baik secara fisik maupun psikologis.

Kriteria ini membutuhkan pasangan untuk menyadari kebutuhan masing-masing dan memberi andil dalam memenuhinya. Perhatikan penekanan katanya pada kata “memberi andil”. Pernikahan tidak mungkin bisa memenuhi seluruh kebutuhan. Beberapa kebutuhan akan selalu dicapai melalui peran di luar perkawinan itu sendiri, misalnya pekerjaan, pertemanan, kegemaran, dan rekreasi. Namun, perkawinan yang sukses memberikan kontribusi yang dapat diterima.

Ada dua hal yang perlu dicermati. Pertama, akan sangat membantu jika pemenuhan kebutuhan ini mutual, dalam arti saling memenuhi target. Dalam hubungan di mana hanya salah satu pihak saja yang melakukan pemenuhan kebutuhan sementara yang lain hanya menerima, maka yang memberi seringkali menjadi kelelahan. Kedua, saling memenuhi kebutuhan ini hanya mungkin terjadi apabila kebutuhan itu berada dalam batasan harapan yang realistis. Orang yang sangat tergantung, posesif, misalnya, menuntut terlalu banyak cinta dan persetujuan yang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh pasangannya. Dalam hal ini, perkawinan mungkin gagal, bukan karena keengganan memenuhi kebutuhan pasangan, namun karena tuntutan tidak masuk akal dari pasangan yang tak pernah puas.    

4.      Satisfaction (Kepuasan)

Sebagian besar penelitian tentang keberhasilan perkawinan mengukur kepuasan pernikahan: sejauh mana pasangan puas dan terpenuhi dalam hubungan mereka. Menurut pandangan ini, keberhasilan perkawinan didefinisikan sebagai sejauh mana kedua pasangan dalam hubungan merasa puas, bahwa perkawinan telah memenuhi harapan yang masuk akal dan kebutuhan bersama.

Definisi ini mengakui bahwa ada perbedaan individual dalam harapan dan perlu persyaratan, sehingga apa yang memuaskan seseorang mungkin tidak memuaskan pasangannya. Kepuasan perkawinan meliputi kualitas perkawinan, penyesuaian-penyesuaian perkawinan, dan kebahagiaan perkawinan.

Selanjutnya: 12 Karakteristik Pernikahan yang Berhasil